Laman

Minggu, 28 Maret 2010

Psikologi Komunikasi dan Bisnis

EFFECTIVE COMMUNICATION for

SUCCES Without SIDE EFFECT

Sukses di Sekolah, Sukses Karier dan Keluarga serta sukses ditempat Kerja Berbasis Emotional Question

(Sukses Tanpa Efek Samping, Optimalisasi Kamampuan Komunikasi Personal dan Intrapersonal, dengan Menggabungkan EQ-SQ dan AQ).

Persuasi adalah proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang (orang lain atau diri sendiri) dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang (orang lain atau diri kita sendiri) tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri (Kamus Ilmu Komunikasi, 1979).

Informasi adalah segala sesuatu “yang mengurangi ketidakpastian atau mengurangi jumlah kemungkinan alternative dalam suatu situasi (Wilbur Schram, 1977:13)

Oleh : Muhammad Alwi, SE,.MM

Direktur Full Day and Boarding School SMP/SMA YAPI dan

Dosen STIE YADIKA-Bangil

muh530@yahoo.co.id/muh.alwi.hbs@gmail.com

http://humanisme-kebenaran.blogspot.com/

Bab 1. Komunikasi dan Kerja Otak dalam Berfikir

1. DEFINISI DAN KOMPONEN KOMUNIKASI

Komunikasi amat esensial buat pertumbuh­an kepribadian manusia. Ahli-ahli ilmu sosial telah berkali-kali mengungkapkan bahwa kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan kepribadian (Davis, 1940; Wasserman, 1924). Antropolog terkenal, Ashley Montagu (1967: 450), dengan tegas menulis: "The most important agency through which the child learns to be human is communication, verbal also noverbal." Komunikasi juga amat erat kaitannya dengan pengalaman kesadaran manusia. Sehingga dengan ‘benar’-nya komunikasi, kita bisa meraih kebahagiaan, kesuksesan dlsb.

Definisi Komunikasi bermacam-macam, Hovland, Janis, dan Kelly, semua psikolog, mendefinisikan komunikasi sebagai, "the process by which an individual (the communicator) trans­mits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience)" (1953:12). Dance (1967) mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme sebagai usaha "menimbulkan respons melalui lambang-lambang verbal", ketika lambang-lambang verbal tersebut bertindak sebagai sti­muli. Raymond S. Ross (1974:b7) mendefinisikan komunikasi sebagai;

"a transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in such a way as to help another elicit from his own experiences a meaning or responses similar to that intended by the source." (proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respons yang sama dengan yang dimaksud oleh sumbe).

Kamus psikologi, Dictionary of Behavioral Science, menyebutkan enam pengertian komunikasi: Communication 1) The transmission of energy change from one place to another as in the nervous system or transmission of sound waves. 2) The transmission or reception of signals or messages by organisms. 3) The transmitted message. 4) (Communication theory). The process whereby system influences another system through regulation of the transmitted signals. 5) (K. Lewin) The influence of one personal region on another whereby a change in one results in a corresponding change in the other region. 6) The message of a patient to his therapist in psy­chotherapy. (Wolman, 1973:69).

Komunikasi adalah 1) Penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti dalam sistem saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara. 2) Penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisme. 3) Pesan yang disampaikan. 4) Teori Komuni­kasi adalah Proses yang dilakukan satu sistem untuk mempengaruhi sistem yang lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan. 5) (K. Irwin). Pengaruh satu wilayah persona pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah lain. 6) Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi.

Karenanya maka, komunikasi adalah penyampaian energy ke otak, sehingga otak menerima informasi itu. Ada banyak sekali bahkan sekitar 14 juta sel saraf (neuron) dengan sambungan-sambungannya axon dan Soma, sebagai penyambung ke otak kita dari indra-indra kita. Otak manusia sendiri adalah komputer yang mampu menyimpan 280 quintillion (280 ditambah 18 angka nol) bit informasi. (Hunt, 1982:85). Itu sama dengan; 1 disket = 1,4 MB = 200 halaman ketikan dengan MS Word. 1 CD dengan kapasitas 700MB = 50 disket kecil = 10.000 halaman ketikan word. Coba bayangkan berapa juta kita yang bisa dimasukkan dalam otak kita untuk dihafal.

Bagaimana tanda-tanda komunikasi yang efektif? Komuni­kasi yang efektifmenurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (1974:9—13) - paling tidak menimbulkan lima hal: pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan.

Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksudkan oleh komunikator. Menurut cerita, seorang pimpinan pasukan VOC bermaksud menghormati seorang pange-ran Madura. Untuk itu, dipegangnya tangan sang permaisuri dan diciumnya. Sang pangeran marah. Ia mencabut kerisnya, menusuk Belanda itu dan terjadilah bertahun-tahun perang VOC dengan penduduk Madura, sehingga ribuan korban jatuh. Kita tidak tahu apakah cerita itu benar atau tidak, tetapi betapa sering kita ber-tengkar hanya karena pesan kita diartikan lain oleh orang yang kita ajak bicara.

Kesenangan, missal, hanya sekadar mengatakan Hello, selamat pagi, bagaimana khabarmu dll, itu bukan mencari informasi, tetap hanya untuk lebih akrab dan hubungan baik.

Mempengaruhi Sikap, paling sering kita melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain. Khatib ingin membangkitkan sikap beragama dan mendorong jemaah beribadah lebih baik. Politisi ingin menciptakan citra yang baik pada pemilihnya, Guru ingin mengajak muridnya lebih mencintai ilmu pengetahuan. Pemasang iklan ingin merangsang selera konsumen dan mendesaknya untuk membeli. Sering jejaka ingin meyakinkan pacar-nya bahwa ia cukup "bonafid" untuk mencintai dan dicintai. Semua ini adalah komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikate. Persuasi didefinisikan sebagai “proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri" (Kamus Ilmu Komunikasi, 1979).

Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi dan yang paling banyak didefinisikan. Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis motif sosiogenis yang diperoleh melalui Proses Belajar (Sherif dan Sherif, 1956:489). Ada pula yang melihat sikap sebagai kesiapan saraf (neural settings) sebelum memberikan respons (Allport, 1924). Dari berbagai definisi, dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, sikap adalah Kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan priiku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap obyek sikap. Obyek sikap itu berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok. Jadi, pada kenyataannya tidak ada istilah sikap yang berdiri sendiri. Sikap haruslah diikuti oleh "kata", "terhadap", atau "pada" obyek sikap. Bila ada orang yang berkata, "Sikap positif," kita harus mempertanyakan "Sikap terhadap apa aau siapa?" Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari (Sherif dan Sherif, 1956:489). Bila sikap saya positif terhadap ilmu, saya akan setuju pada proyek-proyek pengembangan ilmu, berharap agar orang menghargai ilmu, dan menghindari orang-orang yang meremehkan ilmu. Ketiga, sikap relatif lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan, bahwa sikap politik kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. Keempat, sikap mengandung aspek evaluatif; artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. "Attitudes are likes and dislikes." (1970:14) Kelima, sikap timbul dari pengalaman; tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.

Beberapa orang sarjana menganggap sikap terdiri dari kom­ponen kognitif, afektif, dan behavioral.

PETUNJUK PRAKTIS KOMUNIKASI SUKSES

Raja Toko John Wanamaker pernah berkata:”Saya tiga puluh tahun yang lalu sudah tahu, bahwa bodoh sekali memaki-maki orang. Saya sendiri sukar mencoba tidak melakukan kesalahan. Mengapa saya harus meributkan kenyataan, bahwa Tuhan tidak membagi rata bakat-bakat dan kecerdasan-kecerdasan diantara umat manusia”.

Jika anda bergaul dengan orang, ingatlah baik-baik bahwa anda tak menghadapi mahluk mahluk yang berpikir logis. Sebaliknya yang anda hadapi adalah mahluk-mahluk yang sangat perasa, penuh perasangka, yang perbuatan, sikaplaku dan pembicaraannya didorong oleh rasa kebanggaan dan keriahan.

Banyak kebutuhan yang dipenuhi, tetapi jarang kebutuhan itu terpenuhi, padahal sama pentingnya dengan Makan, minum dll, yakni hasrat, yang dinamakan oleh Freud:”Hasrat dianggap besar dan paling disenangi orang orang lain”, yang menurut John Dewey adalah “dianggap penting”.

“Setiap orang ingin mendapat pujian”. Ya setiap orang ingin sekali betul-betul dihargai meskipun kita semua ingin mendapat pujian yang sewajarnya, kita jarang mendapatkannya.

Jika anda mengatakan kepada saya cara anda memenuhi kebutuhan perasaan penting itu, saya bisa mengatakan kepada anda, siapa anda itu. Perbuatan- perbuatan anda menentukan watak anda, dan watak adalah milik anda yang paling pentin.

“Saya tak tahu, apa sebabnya orang- orang menjadi gila. Tak ada orang yang bisa mengatakan dengan pasti. Akan tetapi banyak sekali orang-orang menjadi gila karena dalam keadaan gila itu, mereka merasakan sesuatu yang mereka tak bisa alami dalam dunia yang nyata dan biasa ini”.

Filsuf Emerson yang mashur pernah berkata:”setiap orang, yang saya jumpai dalam beberapa hal adalah melebihi saya. Oleh karena itu, saya selalu bisa belajar dari dia”.

“Nah, sekarang anda tahu, betapa tololnya untuk berbicara tentang saya yang kita sendiri sukai. Ya, itu sungguh bodoh”.

Satu-satunya cara yang ada di dunia ini untuk mempengaruhi orang lain ialah dengan membicarakan apa yang ia senangi dan perhatikan, dan menunjukan kepadanya cara mendapatkan yang ia inginkan.

Professor H.A.Overstreet dalam bukunya “tentang mempengaruhi tingkah-laku manusia” mengatakan:”perbuatan adalah hasil dari hasrat keinginan yang sangat mendalam … dan nasihat paling baik, yang bisa diberikan kepada orang-orang yang ingin bertindak sesuai dengan kehendaknya, baik dalam perusahaan, di rumah, disekolah maupun dalam politik, ialah pertama, bangkitlah suatu keinginan yang kuat pada orang- orang itu. Siapa yang melakukan ini, akan disokong oleh seluruh dunia. Siapa yang tak bisa, akan mengalami kehidupan yang sunyi.

“Jika ada rahasia mengenai sukses, maka rahasia itu ialah kecakapan untuk melihat melalui kacamata orang lain.

Bahwa anda dan saya tak ingin membeli apa-apa. Akan tetapi kita semua ingin sekali supaya masalah-masalah kita diselesaikan.

Ahli psikologi terkenal Wiliam Winter pernah menulis, bahwa salah satu kebutuhan manusia ialah mengutarakan pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya. Mengapa kita tidak menggunakannya dalam kehidupan kita sehari-hari ?.

Jika anda kebetulan mempunyai sebuah gagasan yang bagus sekali, yang anda inginikan supaya orang lain melaksanakannya jalan yang sebaik-baiknya ialah dengan menanamkan gagasan itu kedalam pikiran orang itu. Usahakanlah, supaya orang itu mengolahnya, dan mengaggapnya sebagai gagasannya sendiri.

Berusalah membangkitkan keinginan yang kuat dan menyala dalam diri orang-orang, dengan siapa anda bergaul. Siapa bisa melakukan ini, akan mendapat bantuan dari seluruh dunia. Siapa yang tidak bisa, pasti akan menjadi orang yang sunyi sendirian, dan akan mengalami banyak kesukaran.

Anda dalam tempo dua bulan akan mendapatkan lebih banyak teman dengan memperbaharui orang lain daripada dalam tempo dua tahun dengan hanya berusaha membangkitkan perhatian orang kepada anda sendiri.

“Siapa yang tak ada perhatian kepada sesamanya, tidak saja akan mengalami banyak sekali kesukaran-kesukaran dalam hidupnya sendiri, akan tetapi juga mendatangkan kesukaran-kesukaran bagi likungannya. Mereka itulah merupakan orang- orang yang gagal di dunia ini.

Perbuatan selalu lebih banyak pengaruhnya daripada kata-kata. Professor Wiliam James memberi keterangan tentang gejala ini, “Aksi (perbuatan) seolah-olah datang sesudah perasaan, akan tetapi sesungguhnya aksi dan perasaan munculnya bersamaan. Dan, aksi lebih mudah dikuasai oleh kemauan daripada perasaan, sehingga dengan melalui perbuatan kita bisa mengatur perasaan kita. Oleh karena itu, ada suatu jalan emas menuju kepada kebahagiaan dan kegembiraan. Timbulkanlah senyum pada wajah anda, berbuat dan bersikaplah seolah-olah anda sudah betul-betul senang dan gembira”.

Semua orang di dunia mencari kebahagaiaan dan hanya ada satu jalan yang tepat, menuju pikiran-pikiran anda. Kebahagiaan anda tidak tergantung pada lingkungan dan keadaan, melainkan semata-mata tergantung dan berdasasrkan kepada perasaan-perasaan batin anda. Kebahagiaan tak ada sangkutpautnya dengan milik anda, dengan kedudukan dan pekerjaan anda dan dengan tempat anda, dimana anda berada, atau dengan apa yang anda warisi.

Kebahagiaan anda hanya bergantung kepada apa yang anda pikirkan. Shakespeare dengan tepat mengatakan: ”Yang baik dan buruk, semua itu semata-mata ditentukan. Oleh pikiran dan gagasan belaka”.

“Setiap kali anda memandang ke luar, tariklah dagu anda ke belakang, dan usahakan supaya badan anda menjadi sepanjang-panjanganya. Isilah paru-paru pada setiap tarikan napas dengan udara, sehingga penuh dan seperti hampir-hampir meledak. Silahkan sinar matahari memberi pengaruh sehat kepada anda. Sambutlah kawan-kawan anda dengan seyuman, dan usahakanlah, supaya keramah-tamahan anda sungguh-sungguh menular kepada orang lain melalui jabat tangan.

Jangan takut disalah pahami oleh siapapun, dan jangan memboroskan waktu barang satu menitpun memikirkan musuh-mush anda. Usahakanlah supaya tujuan anda nampak jelas di depan anda, dan usahakanlah supaya anda langsung maju kearah tujuan. Arahkan pikiran-pikiran anda kepada hal-hal yang baik dan indah, yang anda ingin lakukan. Lambat laun anda akan mampu menjawab bawah sadar anda menyergap kesempatan-kesempatan, yang diperlukan untuk memenuhi keinginan-keinginan anda itu.

Rata-rata manusia lebih memperhatikan namanya sendiri daripada nama-nama lain di seluruh dunia ini. Oleh karena itu, ingat-ingatlah nama orang dan berlajarlah mengucapkannya dengan lancar tanpa salah. Dengan demikian, anda memberi selamat yang semesra-mesranya kepada orang- orang yang anda jumpai. Tapi jika anda melupakan nama atau mengejanya salah, orang- orang itu kurang menghargai anda.

2. KOMPONEN-KOMONEN ANATOMI SISTEM PENGOLAH INFORMASI (OTAK) MANUSIA

Otak manusia sudah dapat dijelajahi kedalamannya berkat prosedur-prosedur non-invasif seperti citra resonansi magnetic (MRI) dan topografi emisi-positron. Otak menurut dr Paul MacLean, dibagi menjadi 3 (Sekarang konsep ini sudah mengalami perkembangan lebih detail) yaitu;

1) Batang otak (otak reptile), karena otak ini ditemukan di jenis-jenis hewan-hewan yang lebih rendah. à ini mengontrol fungsi dasar; pernafasan, detak jantung dan instink-instink primitif (lawan atau lari), juga mengontrol bagian teritori anda. Marah, terancam, tidak nyaman dll.

2) System limbic (otak mamalia). Komponen dari otak ini adalah Hipotalamus dan Amigdale. à ini berfungsi untuk mengendalikan emosi, ia juga memelihara homeostasis (lingkungan yang stabil dalam tubuh). Mengendalikan hormone, rasa haus, lapar, seksualitas, pusat-pusat rasa senang, metabolisme, fungsi kekebalan dan suatu bagian penting dari memori jangka panjang. Hipotalamus dan Amigdale juga pengendali penting prilaku emosional dan prilaku mencapai tujuan. Ini berarti dorongan emosional lebih baik daari pada argument rasional dalam mempengaruhi manusia. Evolusi system limbic berkembang sebelum kita menemukan "logika". Ternyata bagian yang mengendalikan emosi juga mengendalikan kesehatan dan memori. Inilah mengapa hal-hal yang melibatkan emosi akan diingat dengan kuat. Seperti ciuman pertama dari si Dia, hari perkawinan, awal perkuliahan dll.

Para peneliti mencacat ketika emosi positif dalam keadaan terbangkitkan, "zat-zat keceriaan", mirip opium yang disebut endorphin terbentuk. Pada gilirannya, ini memicu meningkatnya aliran neurotransmitter yang disebut asetilkolin. Ini sangat penting karena neurotranmiter ini merupakan "pelumas" yang memungkinkan terjadinya sambungan antar sel otak. (disinilah terdapat argumentasi ilmiah menggunakan seni, drama, warna, emosi, bermasyarakat dan bermain dalam pendidikan). Ketika emosi negative hipotalamus tidak menyampaikannya ke neokorteks (bagian otak yang berfikir) tetapi bergeser ke bagian otak yang lebih primitif. Sehingga prilaku lebih intinktif daripada pertimbangan rasional. Seperti saat dikejar anjing, stress ujian (malah tidak dapat berfikir)

3) Neokorteks (otak berfikir). Tebalnya hanya seperdelapan inci, bentuknya berupa lipatan-lipatan. Jika dibentangkan luasnya sama dengan satu halaman Koran. Ia adalah tempat bersemayamnya kecerdasan. à Ia berhubungan dengan melihat, mendengar, mencipta, berfikir dan berbicara. Otak ini terdiri dari lobus-lobus (bagian-bagian khusus).


Gambar Anatomi Otak Manusia 1

Konsep Otak Kiri dan Kanan

Peraih noberl Prof Roger Sperry dari universitas California mengatakan; bahwa ada pembagian secara spesifik antara otak-kanan dan otak Kiri.

· Otak kiri à khusus diperuntukkan bagi aspek-aspek pembelajaran yang umumnya disebut "akademik" (bahasa, matematika, pemikiran logis, runut dan analitis)

· Otak kanan à berhubungan dengan aktifitas-aktifitas kreatif yang menggunakan rima, irama, musik, kesan visual, warna dan gambar. Otak kanan adalah "pikiran metaforis" kita yang mencari analogi dan pola.

Diambil dari Internet; dengan beberapa modifikasi.

Gambar 2

PENGOLAHAN INFORMASI

Lihat gambar ini…..menurut anda, ini wanita muda atau tua? Berapakah umurnya kira-kira?

Secara psikologis kita dapat mengatakan bahwa setiap orang mempersepsi stimuli sesuai dengan karakteristik personalnya. Dalam ilmu komunikasi kita berkata, pesan diberi makna berlainan oleh orang yang berbeda. Words don't mean; people mean. Kata-kata tidak mempunyai makna; oranglah yang memberi makna.

Proses pengolahan informasi (komunikasi intrapersonal), meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Persepsi ialah proses member makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi Informasi. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah mengolah dan memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respon.

Sensasi

Bersal dari kata "sense", artinya alat pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. "Bila alat-alat indra mengubah informasi menjadi impuls-impuls saraf — dengan bahasa yang difahami oleh ('komputer') otak — maka terjadilah proses sensasi," kata Dennis Coon (1977:79). "Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indra," tulis Benyamin B. Wolman (1973 :343).

Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori (Desiderato, 1976:129). Persepsi, seperti juga sensasi, ditentukan oleh faktor per­sonal dan faktor situasional. Juga Perhatian (Attention), sedangkan factor fungsional adalah kerangka rujukan (Frame of reference), ahli filsafat akan suka mempersepsi (memperhatikan) hal-hal kefilsafatan dst.

“Perhatian (Attention) adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lain melemah (Kenneth E Andersen, 1972:46). Perhatian terjadi bila kita mengkosentrasikan diri pada salah satu alat indra kita, dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indra yang lain. Faktor Eksternal penarik perhatian; Gerakan, Kebaruan (Novelty), Perulangan. Factor Internal Penarik Perhatian adalah; factor biologis (saat lapar, miskin dst), sosiopsikologis, sosiogenis, sikap, kebiasaan dan kemauan juga mempengaruhi perhatian.

Dalil-Dalil Persepsi menurut Krech dan Crutchfield Pertama: Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa obyek-obyek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Mereka memberikan contoh pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya terhadap persepsi. Bila orang lapar dan orang haus duduk di restoran, yang pertama akan melihat nasi dan daging, yang kedua akan melihat limun atau Coca Cola. Ke­butuhan biologis menyebabkan persepsi yang berbeda.

Kedua; Medan perseptual dan kognitif selalu di organisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.

Ketiga; Sifat-sifat persepsi dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifatsifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasl atau kontras. Jika orang miskin pesta perkawinan anaknya tidak dibuat meriah (mereka dikatakan maklum tidak punya, tidak saying sama anaknya, atau dalam bahasa umumnya, tidak lumrah seperti orang lain. Tapi bila hal yang sama dilakukan oleh orang kaya, dikatakan, dia itu pingin terlihat sederhana, tidak menunjukkan kekayaannya dst). Misalnya pakaian kotor dan kumal, kalau dipakai udin dikatakan kotor dst, jika dipakai kiai dikatakan itu pakaian sederhana, walau lusuh tapi rapid an tertambal dengan baik.

Keempat; Obyek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Ini sering digunakan dalam komunikasi dengan menghubungkan diri kita dengan orang terkenal. Misal sering terlihat bersama, dipukul lalu mati (dianggap hampir pasti, mati karena dipukul, padahal belum tentu, mungkin karena serangan jantung dst).

Memori

gambar 4

"Memori adalah sistem yang sangal berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya," ( Schlessinger dan Groves (1976:352). Setiap saat stimuli mengenai indra kita, setiap saat pula stimuli itu direkam secara sadar atau tidak sadar. Berapa kemampuan rata-rata memori manusia untuk menyimpan informasi? John Griffith, ahli matematika, menyebutkan angka 10" (seratus triliun) bit. John von Neumann, ahli teori informasi, menhitungnya sampai 2,8 x 1020 (280 kuintiliun) bit. Asimov menerangkan bahwa otak manusia selama hidupnya sanggup menyimpan sampai satu kuidriliun bit informasi. (satu bit, sama dengan “ya” atau “tidak”, 0 or 1).

Secara singkat, memori melewati tiga proses perjalanan; perekaman, penyompanan dan pemanggilan. Perekaman (disebut encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indra dan sirkit saraf internal. Penyimpanan (storage), proses yang kedua, adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa dan dimana. Penyimpanan bisa aktif atau pasif. Pemanggilan (retrieval), adalah, mengingat lagi, adalah menggunakan informasi yang telah disimpan (Mussen dan Rosenzweig, 1973:499).

Pemanggilan diketahui dengan empat cara; 1) Pengingatan (Recall), adalah proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara verbatim (kata demi kata). Missal ditanya apakah jenis ikan laut yang termasuk mamalia? Ini hanya pengingatan. Demikian juga saat anda menjawab soal esai. 2) Pengenalan (recognition). Pilihan ganda (soal objektif, multiple choice) pada soal-soal adalah, hanya perlu pengenalan. 3) Belajar lagi (Relearning), setiap kita belajar sebenarnya tidak hilang hanya tidak tahu ditaruk dimana, sehingga setelah kita belajar lagi, sesuatu itu “terasa mudah”, karena kita pernah mempelajarinya. 4) Redintegrasi (Redintegration), merekontruksi masa lalu dari satu petunjuk memori kecil. Kadang kita mendengar takbiran diluar negeri (mengenangkan serangkaian memori masa lalu dikampung, saat kecil atau lainnya).

Gambar 5

Dalam masalah memori, maka bagian otak yang namanya hipotalamus sangat penting artinya, ialah yang bertanggung jawab. Dan ia mudah terkena pengaruh jikan pasokan oksigen berkurang (mungkin inilah penyebab anak penyakit polib/amandel menjadi kurang berhasil dalam sekolahnya). Antara "isi" suatu kejadian dan "makna"nya disimpan dalam tempat yang berbeda. Seorang ilmuan saraf Dr. Murray Grossman, mengatakan; ada lima tipe memori yang disingkat WIRES yaitu;

· Work (kerja) à memori jangka sangat pendek, tidak lebih hanya beberapa detik saja (bagian Korteks Profrontal). Ini memungkinkan kita untuk bercakap-cakap, mengingat kata pertama dan kedua kita, menulis sambil melambaikan tangan kiri kita dll. Keefisienan ini berkurang diatas umur 40 tahun.

· Implicit (implisist) à kita sering memnyebut "memori otot", memori ini tidak menuntut kesadaran. Seperti bagaimana kita mampu naik sepeda, berenang. Disini kita hampir tidak akan mungkin lupa. Kerusakan pada memori ini menunjukkan kerusakan mental yang serius.

· Remote (jarak jauh/jangka panjang) à tersebar diseluruh korteks, cenderung menurun seiring dengan usia.

· Episodic à terbentuk dalam hipotalamus, momori ini biasanya terbentuk bila kejadian atau sesuatu disajikan dengan emosional. Seperti; makanan apa yang kita makan jum'at kemarin, bagaimana alur cerita film word not the enough, james bond dll.

· Semantik à memori terhadap kata-kata atau symbol-simbol yang kemungkinan besar tidak akan lupa. Seperti; tanda Nazi, Zionil Israel, tanda merk dagang Nike dll.

Memori jangka panjang

Bagaimana memori menjadi bersifat menetap, itu tergantung dari bagaimana informasi itu awalnya didaftarkan pada otak. Itulah pentingnya belajar dengan menggunakan semua indra, dan melibatkan emosi. Dalam penelitian menunjukkan tidur mempengaruhi terpatrinya memori. Jurnal ilmiah Science, juga Psikologi Today mengatakan; tidur terutama yang berkaitan dengan mimpi (Waktu kita mimpi mata kita bergerak dengan cepat, Rapid Eyes Movement, REM), akan lebih mematri memori dari pada anak yang tidak tidur setelah ia belajar. Ini bisa kita lihat bagaimana nyanyian untuk menghafal nama-nama pelangi, susunan berkala unsure-unsur kimia di SMU dll. Contoh; menghafal warna pelangi. Me-ji-ku-hi-bi-ni-u (Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu). Ini akan lebih mudah diingat.

James McGaugh, PhD, peneliti dari Universitas California di Irvine mengatakan; "Kita percaya bahwa otak memanfaatkan bahan-bahan kimia yang dilepaskan selama sters dan emosi-emosi yang kuat untuk mengatur kekuatan penyimpanan memori". Contoh penelitian dua kelompok anak diperlihatkan slaid seorang ibu yang tertabrak mobil. Kelompok pertama tidak diberi informasi apa-apa, kelompok kedua diceritakan bagaimana ibu itu keluar dari rumah untuk membeli obat anaknya, lalu tertabrak mobil, kemudian dibawah ke rumah sakit, dokter sedang berusaha menyambung nadinya yang putus dll. Ternyata kelompok anak yang kedua setelah seminggu, lebih ingat slaid yang ditampilkan dari pada anak yang pertama. Informasi tambah banyak, bukan membuat lupa tapi malah ingat (ini karena melibatkan emosi).

Dengan memisahkan emosi dari logika dan nalar dalam ruang kelas, sebenarnya sekolah telah menyederhanakan manajemen sekolah dan evaluasi. Dengan cara ini kita memisahkan dua sisi mata uang yang penting dalam proses pendidikan. Mengapa emosi sangat penting dalam pembelajaran dan pendidikan;

1. Lebih banyak persambungan saraf yang berjalan dari pusat emosinal limbic ke korteks intelektual ketimbang sebaliknya. Maka factor emosi lebih kuat mempengaruhi prilaku dari pada logika.

2. sistim limbic bekerja layaknya seperti saklar, yang mengirimkan informasi masuk dari panca indra kebagian korteks berfikir. Namun ada jalan pintas yang mengirimkan informasi bermuatan emosi yang mungkin bisa mengancam, bukan keatas untuk dianalisi tapi lansung kebawah menuju kebagian otak yang lebih primitif. Seperti bagaimana rasa takut dapat menghasilkan reaksi sentakan kaki, tangan takut tersetrum dll. Melihat lingkaran tali yang mirip dengan Ular(langsung menghindar), ternyata setelah diselidiki bukan tapi segulungan tali.

Disinilah dalam proses belajar-mengajar disekolah mestinya diajarkan bagaimana kita menguasai pikiran kita, dan mengerti kerja dan pengendalian emosi. Otak menyukai kompleksitas dan tantangan. Otak akan tetap siaga ketika sedang mencoba menemukan hubungan-hubungan, mengamati dan memahami lingkungan yang kaya, dan ketika merasa bahwa apa yang dipelajari adalah pentik bagi kesejahteraan dan kelangsungan hidupnya. Motivasi adalah kunci belajar.

Dari penelitian-penelitian termutakhir seperti, pakar psikologi Douglas Powell, juga Gerard Fishbach dari universitas Harvard, Pakar Patologi Saraf Robert D. Terry MD, juga Robert Onstein dari Stanford dan Charles Swencionis dari Albret Einstein College of Medicine dll (dalam Accerated Learning hal 83-84) mengatakan;

Dalam otak tua tidak mengalami penyusutan atau pengurangan neuron-neuronnya. Dengan kata lain, jika otak tua tetap dirangsang maka bisa terus menciptakan hubungan-hubungan dan sambungan antar sel. Otak tua memelihara dan menjaga kemampuan menonjolnya untuk meremajakan diri kembali.otak tua secara harfiah akan menyambung-menyambung mengimbangi bagian-bagiannya yang hilang. Jika sel neuron tidak mampu melakukan tugasnya, maka neuron-neuron sebelahnya akan mengganti fungsi itu untuk melakukan sambungan-sambungan antar dendrite. Otot bekerja seperti otot, lebih banyak kita latih, lebih banyak dia berkembang. Terlalu sedikit latihan otak akan loyo. Gunakan atau hilang. Disinilah banyak orang ahli saraf menentang didirikannya rumah-rumah jompo. Sebab dari hasil penelitian (walau masih dalam taraf tikus) menunjukkan rangsangan, fariasi hidup dll akan menambah daya tahan hidup dan memperpanjang umur.

Dari penelitian David Snawdon dari Universitas Kentucky pada para biarawati di The School sisters of Notre Dame (yang rata-rata umurnya diatas 85) menunjukkan (mereka menyumbangkan otaknya untuk diteliti) menunjukkan; para biarawati yang mendapatkan pendidikan lebih tinggi, yang mengajar terus-menerus, dan menghadapkan pikirinnya dengan berbagai masalah ternyata umurnya lebih panjang dan memiliki sambungan lebih banyak dari sel-sel otaknya sehingga mampu mengatasi kelumpuhan otaknya, berbeda dari biarawati yang kerjanya hanya membersihkan kamar mandi dan dapur.

Gambar6

Peran Amigdale dalam Emosi Manusia dan Pembelajaran

Emosi menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala-gejala kesadaran, keperilakuan, dan proses fisiologis. Emosi tidak selalu jelek. Emosi memberikan bumbu kepada kehidupan; tanpa emosi hidup ini kering dan gersang. Paling tidak, ada empat fungsi emosi (Coleman dan Hammen, 1974: 462) pertama, emosi adalah pembangkit energi (energizer). Kedua, emosi adalah pembawa informasi (messenger). Ketiga, emosi bukan saja pembawa informasi dalam komunikasi intrapersonal, tetapi juga pembawa pesan dalam komunikasi interpersonal. Berbagai penelitian membuktikan bahwa ungkapan emosi dapat dipahami secara universal. Keempat, emosi juga merupakan sumber informasi tentang keberhasilan kita.

Dari segi lamanya, ada emosi yang berlangsung singkat dan ada yang berlangsung lama. Mood adalah emosi yang menetap selama berjam-jam atau beberapa hari. Mood mempengaruhi persepsi kita atau penafsiran kita pada stimuli yang merangsang adat indra kita. mood kita sebut sebagai suasana emosional. Bila suasana emosional ini menjadi kronis dan menjadi bagian dari struktur kepribadian, kita menyebutnya tempramen. Dalam hubungan ini kita bisa menyatakan temperamennya penyedih, pemarah, atau ceria.

Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosiopsikologis. Kepercayaan di sini tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang gaib, tetapi hanyalali "keyakinan bahwa sesuatu itu 'benar' atau 'salah' atas dasar bukti. sugesti otoritas, pengalaman, atau intuisi" (Kohler, et a!., 1978:48). Jadi, kepercayaan dapal bersifat rasional atau irrasional. Anda percaya bahwa bumi itu bulat, bahwa rokok itu penyebab kanker, atau bahwa kemiskinan itu karena kemalasan. Kepercayaan memberikan perspektif pada manusia dalam mempersepsi kenyataan, memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan menentukan sikap terhadap obyek sikap. Bila orang percaya bahwa cacar disebabkan oleh makhluk halus, sikapnya terhadap vaksinasi akan negatif, dan ia cenderung menolak pengobatan secara medis. Bila orang percaya bahwa anak mendatangkan rizki, kampanye KB tidak akan menghasil-kan apa pun sebelum orang itu memperoleh kepercayaan yang barn.

Menurut Solomon E. Asch (1959:565—567), kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan.

Contoh menarik dikemukakan oleh Antonio damasio, dalam buku Descartes’e Error, “Partisipasi emosi dalam proses penalaran bisa menguntungkan atau merugikan, tergantung situasi putusan dan se-jarah masa lalu subjek pengambil putusan. Salah satu contoh situasi ini diilustrasikan dengan baik oleh sebuah kisah nyata berikut, ditulis Malcolm Gladwell di halaman-halarnan awal bukunya, Blink (2005). Para kurator Getty Museum menilai sebuah patung Yunani asli lantaran memang ingin menambahkan patung tersebut bagi koleksi mereka (Kepentingan-pen). Namun demikian, sejumlah ahli menilainya palsu lantaran baru melihat patung semacam itu untuk pertama kalinya. Dua jenis emosi yang berbeda berpartisipasi dalam penilaian dari dua tingkatan pro­ses menalar ini. Kelompok pertama menginginkan penganugerahan dan dukungan kuat bagi sebuah objek, sedangkan kelompok kedua menilai berdasarkan keberanian untuk menolak dan menyadari suatu data sudah dilewatkan oleh kelom­pok pertama. Walaupun demikian pada kedua kasus ini, tidak ada penilaian yang beroperasi tanpa emosi. (hal x).

Pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki seseorang. Banyak kepercayaan kita didasarkan pada pengetahuan yang tidak lengkap. Kita percaya bahwa seluruh pemuda Amerika bergaul bebas, berdasarkan apa yang kita lihat dalam Film. Begitu pula banyakk orang Amerika yang menduga bahwa peristiwa besar di Negara-negara terbelakang hanyalah banjir, bencana alam, kelaparan, atau kudeta. Seorang Indonesia yang belajar di Amerika pernah tercengang ketika kawannya bertanya, apakah orang Indonesia orang makan di atas kursi. Kebutuhan dan kepentingan sering mewarnai kepercayaan kita. Aristoteles pernah memberikan argumentasi tentang pentingnya perbudakan, karena ia ingin mempertahankan lembaga yang ada.

Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsuns secara otomatis tidak direncanakan. Kebiasaan mungkin merupakan hasil pelaziman yang berlangsung pada waktu yang lama atau reaksi khas yang diulangi seseorang berkali-kali.

Kemauan erat kaitannya dengan tindakan, bahkan ada yang mendefinisikan kemauan sebagai tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan. Menurut Richard Dewey dan W.J. Humber, ke­mauan merupakan: (1) hasil keinginan untuk mencapai tujuan tertentu yang begitu kuat sehingga mendorong orang untuk mengorbankan nilai-nilai yang lain, yang tidak sesuai dengan pencapaian tujuan; (2) berdasarkan pengetahuan tentang cara-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan; (3) dipengaruhi oleh kecerdasan dan energi yang diperlukan untuk mencapai tujuan; dan (4) pengeluaran energi yang sebenarnya dengan satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan. Delgado menyimpulkan bahwa respons otak sangat dipengaruhi oleh "setting" atau suasana yang melingkungi organisme (Packard, 1978:45).

Emosi menuntun kita menghadapi saat – saat kritis dan tugas – tugas yang terlampau riskan bila hanya diserahkan kepada otak--bahaya, kehilangan yang menyedihkan, bertahan mencapai tujuan kendati dilanda kekecewaan, keterikatan dengan pasangan, membina keluarga, dst. Bagaimanapun, kecerdasan tidaklah berarti apa-apa bila emosi yang sedang berkuasa. Dalam keadaan apa pun, penilaian kita terhadap setiap permasalahan pribadi dan reaksi terhadapnya terbentuk bukan hanya oleh penilaian rasional atau sejarah pribadi kita, melainkan juga oleh pengalaman nenek moyang kita. Semua emosi pada dasarnya, adalah dorongan untuk bertidak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur – angsur oleh evolusi.

Akar kata emosi adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang berarti “menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e-” untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Bahwasanya emosi memancing tindakan, tampak jelas bila kita mengamati binatang atau anak – anak; hanya pada orang – orang dewasa yang “beradab” kita begitu sering menemukan perkecualian besar dalam dunia makhluk hidup.

(lihat ; Paul Ekman, University of California di San Francisco.)

Naiknya alis mata sewaktu terkejut memungkinkan diterimanya bidang penglihatan yang lebih lebar dan juga cahaya yang masuk ke retina. Reaksi ini membuka kemungkinan lebih banyak informasi tentang peristiwa tak terduga, sehingga memudahkan memahami apa yang sebenarnya terjadi dan menyusun rencana rancangan tidakan yang terbaik. Dalam artian yang sesungguhnya, kita memiliki dua pikiran, satu yang berpikir dan satu yang merasa.

Anda lihat pembunuhan mutilasi, karena panic takut diketahui, bagaimana pembunuhan atau pembakaran anak oleh orang tuanya sendiri? (panic, dan timbul penyesalan sesaat setelah kejadian), bagaimana seoarang suami mengajak ketiga anaknya bunuh diri, karena jengkel dengan mertuanya. Bagaimana petinju Mick Tyson saat menggigit Evander Holifild, atau Zidane, saat menanduk Camarrosa (difinal piala dunia, antara Italia dan Prancis), juga wartawan Iran yang melempar sepatu ke presiden AS George W. Bush. Dan masih banyak yang lain, ledakan-ledakan emosi sesaat yang kadang kurang rasional. Lihat bagaimana Nashim Hamid, Muhammad Ali sering mengalahkan lawannya bukan karena kemampuan pukulannya, tetapi karena kemampuan mempermainkan emosi lawan-lawannya. Emosi cenderung menggurangi daya kritis dan kemampuan logika kita.

Ledakan emosional semacam itu merupakan pembajakan saraf. Bukti menunjukkan bahwa pada saat – saat tersebut, pusat dalam otak limbik mengumumkan adanya keadaan darurat, sambil menghimpun bagian – bagian lain otak untuk mendukung agendanya yang mendesak. Pembajakan tersebut berlangsung seketika, dan memicu reaksi atas momen penting sebelum neokorteks, bagian otak yang berpikir, memahami sepenuhnya apa yang sedang terjadi, misalnya memutuskan apakah tindakan itu merupakan gagasan yang baik. Ciri utama pembajakan semacam itu adalah begitu saat tersebut berlalu, mereka yang mengalaminya tidak menyadariapa yang baru saja mereka lakukan.

Pembajakan, kudeta saraf yang, sebagaimana akan kita lihat, berasal dari amigdala, sebuah pusat di otak limbik. Amigdala berfungsi sebagai semacam gudang ingatan emosional, dan dengan demikian makna emosional itu sendiri; hidup tanpa amigdala merupakan kehidupan tanpa makna pribadi sama sekali. Air mata, suatu tanda emosi khas manusia, dirangsang oleh amigdala dan oleh struktur di dekatnya yaitu gyrus cingulatus; digendong, dibelai – belai, atau dihibur dengan cara lain akan menyenangkan wilayah – wilayah otak yang sama ini, dan menghentikan isak tangis.

Amigdala berperan seperti perusahaan sekuriti dengan operator – operator yang siap siaga mengirimkan panggilan – panggilan darurat ke dinas pemadam kebakaran, polisi, dan tetangga, kapan saja sistem pengamanan rumah memberi isyarat bahaya. Bila amigdala membunyikan, misalnya, tanda bahaya rasa takut, organ itu mengirimkan pesan – pesan mendesak ke setiap bagian otak yang penting: organ tersebut memicu diproduksinya hormon bertempur-atau-kabur dalam tubuh, memobilisasi pusat pusat gerak, dan mengaktifkan sistem pembuluh darah dan jantung, otot, serta isi perut. Sirkuit – sirkuit lain amigdala memberi isyarat dikeluarkannya sejumlah kecil hormon norepinefrin untuk mempertinggi reaktivitas wilayah – wilayah otak yang penting, termasuk wilayah – wilayah yang membuat indra lebih waspada, pada pokoknya membuat otak siap siaga.

Tambahan sinyal dari amigdala memerintahkan kepada batang otak untuk menampilkan ekspresi wajah ketakutan, membekukan gerakan otot – otot yang tak ada hubungannya, mempercepat detak jantung dan meningkatkan tekanan darah, memperlambat pernapasan. Yang lain – lainnya memancangkan perhatian ke arah sumber rasa takut itu, dan mempersiapkan otot – otot untuk bereaksi sebagaimana layaknya. Secara serentak, sistem ingatan korteks diaduk – aduk untuk mendapatkan berkas pengalaman yang cocok dengan keadaan darurat yang sedang dihadapi, sambil menyingkirkan jalur – jalur pemikiran lain. (Analisis ini berdasarkan pada Jerome Kagan, Galen's Prophecy (New York: Basic Books, 1994)

LeDoux mengungkapkan bagaimana arsitektur otak memberi tempat istimewa bagi amigdala sebagai penjaga emosi, penjaga yang mampu membajak otak. Penelitiannya telah membuktikan bahwa sinyal – sinyal indra dari mata atau telinga telah lebih dahulu berjalan di otak menuju talamus, kemudian—melewati sebuah sinaps tunggal—menuju ke amigdala; sinyal kedua dari talamus disalurkan ke neokorteks, yang mengolah informasi melalui beberapa lapisan jaringan otak sebelum otak sepenuhnya memahami dan pada akhirnya memulai respons yang telah diolah lebih dulu. (wawancara Goleman dengan Joseph LeDoux dalam The New York Times terbitan 15 Agustus 1989. Lihat juga Joseph LeDoux, “Emotional Memory Systems in the Brain”, Behavioral Brain Research, 58, 1993; Joseph LeDoux, “Emotion, Memory and the Brain”, Scientific American, Juni, 1994; Joseph LeDoux, “Emotion and the Limbic System Concept”, Concepts in Neuroscience, 2, 1992).

Apabila hippocampus mengingat fakta – fakta mentah, amigdala menyisipkan nuansa emosional yang melekat pada fakta – fakta itu. Seandainya kita mencoba menyalip sebuah mobil di jalan dua arah dan hampir mengalami tabrakan langsung, maka hippocampus menyimpan rincian peristiwa tersebut, misalnya penggal jalan manakah yang kita lewati itu, siapa yang bersama kita, seperti apakah rupa mobil lainnya itu. Tetapi, amigdala-lah yang kemudian terus – menerus akan mengirimkan gelombang kecemasan kepada kita kapan saja kita mencoba menyalip sebuah mobil dalam keadaan yang serupa.

Di bawah beban stres (atau kecemasan, atau bisa jadi bahkan dalam kegembiraan yang meluap – luap), suatu saraf yang menghubungkan otak ke kelenjar – kelenjar adrenalin di puncak ginjal akan memicu sekresi hormon epinefrin dan norepinefrin, yang mengalir ke seluruh tubuh agar tubuh siap menghadapi keadaan darurat. Hormon – hormon ini menggiatkan reseptor – reseptor di saraf vagus; ketika saraf vagus membawa pesan – pesan dari otak untuk mengatur jantung, saraf tersebut juga membawa sinyal – sinyal kembali ke otak, yang dirangsang oleh epinefrin dan norepinefrin. Amigdala adalah tujuan utama sinyal – sinyal ini dikirim ke otak; sinyal – sinyal itu menggiatkan neuron – neuron di dalam amigdala untuk memberi sinyal ke wilayah – wilayah lain di otak guna memperkuat ingatan tentang apa yang sedang terjadi. (lihat pembahasan James McGaugh, PhD, peneliti dari Universitas California di Irvine diatas).

LeDoux meninjau peran amigdala dalam masa kanak – kanak untuk mendukung apa yang telah lama menjadi prinsip dasar pemikiran psikoanalisis: bahwa interaksi – interaksi tahun – tahun awal dalam kehidupan menjadi dasar serangkaian pembelajaran emosi berdasarkan pada kebiasaan dan gangguan yang ada dalam hubungan antara bayi dan pengasuhnya. Pembelajaran emosi ini demikian kuat pengaruhnya namun begitu sulit dipahami dari sudut pandang kehidupan orang dewasa karena, menurut LeDoux, pembelajaran tersebut disimpan dalam amigdala sebagai cetak biru yang mentah dan tanpa keterangan apa pun dalam kehidupan emosianal. Karena ingatan emosional paling awal ini terbentuk pada saat bayi belum mempunyai perbendaharaan kata dalam pengalaman mereka, maka ketika ingatan emosional ini dipicu dalam kehidupan di kemudian hari, tidak ada rangkaian pikiran terartikulasi yang cocok dengan respons yang menguasai kita. Dengan demikian, salah satu alasan kita dapat begitu dibingungkan oleh ledakan emosi kita adalah karena ledakan itu sering kali berasal dari masa – masa awal kehidupan kita, ketika segala sesuatunya begitu membingungkan dan kita belum mempunyai perbendaharaan kata untuk memahami peristiwa – peristiwa yang terjadi. Barangkali kita mempunyai perasaan kacau tersebut, tetapi tidak memiliki kata – kata bagi ingatan yang membentuknya. (Pembahasan yang paling mendetail tentang tahun – tahun awal serta akibat – akibat emosional perkembangan otak dalam Allan Schore, Affect Regulation and the Origin of Self (Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, 1994).

Itulah sebabnya mengapa bila kita sedang kacau secara emosional, biasa disebut “tidak bisa berpikir jernih”—dan mengapa kemurungan emosional terus – menerus dapat menciptakan kecacatan pada kemampuan intelektual seorang anak, sehingga melumpuhkan kemampuan belajarnya.

PETUNJUK PRAKTIS KOMUNIKASI SUKSES

Basa-basi, melambaikan tangan, berhenti sebentar untuk sekadar say-hello, sopan-santun, bahkan ‘ackting untuk pura-pura baik, menghadapi tamu, pelanggan dll, “Itu semua, berarti mengorbankan waktu dan tenaga”, demikian kata Emerson, akan tetapi sopan santun hanya bisa dicapai dengan mengadakan pergorbanan-pengorbanan kecil.

Jika anda ingin, supaya orang-orang menyukai anda maka dalilnya ialah: Ingatlah bahwa nama bagi seseorang merupakan hal yang paling enak bunyinya.

C.W. Eliot presiden Harvad University berkata “Tak ada percakapan rahasiapun tentang percakapan niaga yang sukses, … yang paling penting ialah perhatian anda kepada orang, yang anda ajak berbicara. Itulah cara memuji dan menghargai orang setinggi-tingginya.

Tidak perlu cukup arif, untuk bisa menjadi orang-orang yang pandai mendengarkan.

Dikatakannya bahwa kebanyankan orang, yang tidak memberi kesan baik, adalah disebabkan karena kenyataan bahwa mereka itu tidak bisa mendengar pembicaraan orang lain. “orang-orang demikian itu”, katanya,”sangat ribut dan tergesa-gesa memikirkan apa yang akan dikatan, oleh karena itu tidak bisa membuka telinganya. … orang-orang yang betul-betul besar telah menyatakan kepada saya, bahwa mereka lebih suka kepada orang-orang yang bisa mendengarkan daripada yang pandai bicara namun senian mendengarkan nampaknya lebih jarang daripada sifat-sifat baik.

“Orang, yang selalu berbicara tentang diri sendiri, yang hanya memikirkan diri sendiri, adalah orang yang benar-benar kurang adab, kata Dr. N.M. Butler, Presiden University Columbia. Jika anda ingin menjadi seorang yang pandai bercakap-cakap, mulailah dulu menjadi pendengar yang baik. Jika anda ingin menimbulkan perhatian, anda harus menunjukkan perhatian. Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan, yang yang jawabannya ingin sekali diucapkan oleh orang. Anjurkanlah supaya ia bisa berbicara tentang perbuatan-perbuatan mereka sendiri”.

Usahakanlah supaya orang lain itu merasa penting. Professor J. Dewey menyatakan keinginan untuk merasa dirinya penting adalah hasrat dan keinginan paling kuat dalam diri manusia. Hasrat dan keinginan inilah yang telah menunjukan peradaban sekarang ini. Perlakukan orang-orang, seperti anda ingin diperlakukan oleh orang lain.

Jika anda ingin kebenaran yang nyata dan pahit, sadarlah dan insya Allah, bahwa hampir setiap orang yang anda jumpai dalam beberapa hal lebih baik daripada anda. Jalan yang paling aman dan langsung kearah hati orang lain selalu bisa anda temukan, jika anda bisa menyuruh ia merasa, bahwa anda menghargai dan memahami kedudukannya yang penting di dunia itu, memahaminya dengan benar-benar dan jujur.

“Kebencian tak pernah dikalahkan dengan kebencian, akan tetapi semata-mata dengan kasih dan sayang“. Salahpahampun tak bisa dibetulkan oleh suatu alasan atau bantahan, akan tetapi bisa diatasi dengan taktik, diplomasi, sikap memaafkan dan hasrat keinginan, untuk melihat peristiwanya dari kacamata orang lain.

Bukankah anda seolah-olah telah memukul dia pada mukanya? Tak saja anda menganggap dia kurang cerdas, akan tetapi juga kurang pandai menimbang, kurang pandai berpikir, disamping menyinggung rasa kebanggaan dan harga dirinya. Semuanya itu akan membangkitkan hasrat dan keinginan untuk membalas, dan memukul kembali.

J.H. Robinson: “Kita kadang-kadang mengalami, bahwa pikiran-pikiran kita berubah, tanpa ada perlawaan atau perasaan yang kuat. Akan tetapi kalau orang mengatakan kepada kita, bahwa kita ini salah, ini kita rasakan sebagai suatu hinaan kita tak mau menyerah atau mengaku salah. Kita sangat sembrono dalam membentuk gagasan, akan tetapi kita bela dengan keberanian yang hebat, jika ada orang yang mau menanggalkannya dari otak kita. Dari itu anda bisa mencari kesimpulan, bahwa yang kita cintai bukan gagasan-gagasan kita itu, akan tetapi harga diri, yang terancam. perkataan kecil dan singkat yang berbunyi,”Ku” adalah perkataan yang penting bagi kita, manusia, dan sejak kecil kita sudah harus memperhatikannya. Perkataan “Ku” itu adalah sama kuatnya, apakah ia digunakan dalam “anjingku”, “istriku”, “rumahku”, “ibuku”, atau “tanah-airku”.

Kita ingin sekali tetap yakin akan apa yang pernah kita anggap benar, dan kita marah, jika ada orang yang mencoba meninggalkan kepercayaan ini. Hasilnya selalu berupa “alasan”, yang tak lain adalah menemukan dalih-dalih supaya bisa tetap percaya kepada hal-hal yang pernah kita percayai.

Saya yakin dan percaya bahwa adalah selalu merugikan dan bodoh, untuk mengatakan kepada orang, bahwa dia itu salah. Jika kita tahu bahwa kita terang salah, lebih baik mengakui saja, mendahului orang lain menyalahkan kita. Bukankah orang lebih enak mendengarkan suatu pengakuan daripada pembelaan? Pada reakan khusu ini, saya sudah selayaknya tidak populer. Penilaian saudar-saudar sangat tepat. Saya kecewa dan menyesal mendegarkan kecaman-kecaman saudara. Hati saya sakit akan tetapi semua layak, dan memang saya pantas mendapatkan kecaman-kecaman demikian itu. Kecaman-ke caman itu baik sekali bagi saya. Kecaman-kecaman saudara itu telah memberi saya pelajaran kepada saya, dan telah menanggalkan kesombongan saya. Saya inipun manusia biasa, dan saya butuh dan memerlukan kawan-kawan, seperti saudara. Saya telah mencoba supaya orang lain mencintai saya. Apakah saudara mau menolong saya? Apakah saudara lain mencintai saya. Apakah saudara sudi, dari rumah menulis surat kepada saya, mengkritik saya lebih lanjut, akan tetapi dengan jujur dan terus terang mengatakan pula bagaimana cara memperbaiki kepribadian saya? Jika ini saudara lakukan, saya akan berusaha sekeras-kerasnya untuk merubah diri saya.

“Orang lebih mudah menangkap lalat dengan sirop daripada dengan cuka”. Demikian pula adalah lebih mudah menangkap orang dengan keramah-tamahan yang manis daripada dengan gertakkan-gertakkan yang kecut. Jika anda ingin meyakinkan orang lain, hendaknya anda bersikap bersahabat secara tulus ikhlas. Ini merupakan pokok, yang sangat penting, sebab ini mengenai hatilah kita bisa sampai kepada otak”.

Jika anda ingin memikat hati orang, dalilnya ialah: “Biarlah orang yang anda hadapi itu berbicara paling banyak”. Tak ada yang orang yang senang, disodori barang yang mereka dipaksa untuk menerimanya. Mereka lebih suka membeli sesuai dengan gagasan-gagasan mereka sendiri. Orang suka ditanyai pendapatnya dan gagasan-gagasannya. Jika anda hendak meyakinkan orang lain, maka dalilnya ialah: “Biarkanlah orang mengira bahwa gagasan itu datang dari dia sendiri”.

Kenneth M. Goode “How turn the people into gold? “ Sukses anda tergantung kepada kecakapan bergaul dengan orang lain. Dan kecakapan ini tergantung pula kepada kecakapan anda untuk bersimpati kepada orang lain dan melihat melalaui kacamatanya.

Jika anda ingin merubah pikiran orang lain, tanpa membuat dia marah, maka dalilnya adalah: lihatlah segala sesuatu dari kacamat orang yang anda hadapi.

“Saya tidak keberatan sama sekali terhadap pendapat dan perasaan anda. Dalam keadaan seperti anda, sayapun akan pula sependapat dan seperasaan dengan anda sekarang.

Jika anda ingin supaya orang lain di pihak and, maka: “bersimpatilah dengan gagasan-gagasan dan keinginan-keinginan orang lain.

Jika anda ingin mengajak orang melakukan sesuatu, maka adalah baik sekali, untuk mengikuti dalil: bangkitkanlah perasaan-perasaan mereka yang mulia.

Kita hidup dalam zaman demokrasi: contoh-contoh yang bisa dilihat. Tidak cukup hanya berbicara saja. Kebenaran harus disusun dan digambarkan dengan jelas dan mengasyikkan. Harus dilakukan, seperti dibuat oleh sutradara film, seperti cara radio menjelaskan siaran-siarannya. Andapun harus berbuat seperti itu, kalau hendak menarik perhatian. Anda memerlukan aksi (perbuatan).

Jika anda ingin meyakinkan orang, maka dalilnya ialah: “Perhatikan (demonstrasikan) gagasan-gagasan anda. “Cara supaya orang melaksanakn pekerjaan sebaik-baiknya, ”katanya, ”ialah dengan mencetuskan semangat berlomba. Yang dimaksudkan di sini bukanlah cara-cara rendah, yang hanya berkisar disekitar uang belaka, akan tetapi kareana hasrat mencapai hasil sebesar-besarnya supaya jadi nomor satu. Jika anda ingin merubah pendirian orang lain, tanpa menimbulkan kejengkelan, maka dalilnya ialah: mulailah dengan pujian dan penghargaan yang tulus ikhlas.

Untuk merobah pikiran-pikiran orang lain, tanpa menimbulkan kejengkelan dalilnya ialah: tunjukanlah kesalahan orang secara tidak langsung.

Untuk merubah pikiran orang, tanpa menimbulkan rasa tidak enak, dalilnya ialah: bicaralah tentang kesalahan-kesalahan dan cacat-cacat sendiri, sebelum melancarkan kecaman kepada orang lain.

Jika ingin merubah pikiran orang lain, anda bisa menggunkan dalil ini: berilah perintah dalam bentuk dan nada suatu usul.

“Anda bisa mendapatkan hampir apa saja dari setiap orang”, kata Samuel Vauclain, direktur Baldwin Loco motive works kepada saya,”asal anda menghormati orang lain, dan anda menunjukkan bahwa anda menghargai kecakapkan-kecakapannya”.

Jika anda ingin memperbaiki orang lain, anda bisa melakukannya paling mudah dengan menetapkan, seolah-olah ia sudah mempunyai kecakapan yang anda inginkan itu. Shakespeare: “Bersikaplah seolah-olah anda sudah mempunyai sikap baik itu, meskipun anda belum mempunyainya”.Apabila anda ingin supaya ia memperkembangkan sifat baikitu. Berilah suatu reputasi yang ia harus mempertahankannya, dan ia akan melakukan segala sesuatu untuk tidak mengecewakan anda.

Berfikir

Dalam berpikir kita melibatkan semua proses yang kita sebut di muka: sensasi, persepsi, dan memori. Contoh soal dibawah ini; Di bawah ini ada sembilan titik yang disusun dalam bentuk segi empat. Hubungkanlah titik-titik itu dengan menarik empit garis lurus, yang tidak terputus-putus, tanpa mengangkat pensil atau pena anda. Jangan ada satu titik pun yang terlewat.

Gambar titik 9.

Mula-mula tentu anda menangkap tulisan dan gambar titik-titik (sensasi). Anda membaca dan mencoba memahami apa yang saya minta (persepsi). Pada saat itu sebetulnya juga anda membongkar memori anda untuk memahami apa yang disebut garis lurus, segi empat, dan kemungkinan soal yang sama pada waktu lalu (memori).

"Berpikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak," kata Royd L. Ruch dalam bukunya yang klasik, Psychology and Life (1967). Menurut Paul Mussen dan Mark R. Rosenzweig, "The term ‘thinking' refers to many kind of activities that involve the manipulation of concepts and symbols, representations of objects and events" (1973:410). Jadi, berpikir menunjukkan berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti obyek dan peristiwa. Lalu untuk apa manusia brfikir?

Berpikir kita lakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making), memecahkan persoalan (problem solving), dan menghasilknn yang baru (creativity). Memahami realitas berarti menarik kesimpulan, meneliti berbagai kemungkinan penjelasan dari realitas eksternal dan internal. Sehingga dengan singkat, Anita Taylor et al. mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan. Tliinking is an inferring process (Taylor et al., 1977:55)

Bagaimana manusia berfikir, bagaimana manusia menarik kesimpulan, itu ada beberapa jenis diantaranya; Berpikir deduktif ialah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan; yang pertama merupakan pernyataan umum. Dalam logika, ini disebut silogisme. Contoh yang klasik ialah:

Setiap manusia pasti mati.

Zaid anadah manusia.

Maka Zaid pasti mati.

Berfikir induktif sebaliknya, dimulai dari hal-hal yang khusus kemudian mengambil kesimpulan umum; kita melakukan generalisasi. Kita membakar besi A menghasilkan Panas, besi B menghasilkan panas, setelah sekian banyak, maka kita simpulkan, setiap besi yang dibakar pasti panas. Ketepatan berpikir ini bergantung pada memadainya kasus yang dijadikan dasar. Misalnya kalau kita hanya mencoba hanya 5, 10, 100 apa cukup, dijadikan representasi?.

Berfikir evaluatif ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berpikir evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan. Kita menilainya dengan kriteria tertentu.

Berfikir Analogi, berfikir dengan membandingkan kesamaan antara satu dengan yang lain (‘secara kira-kira’). Robert J. Sternberg, psikolog dari Yale, meneliti penggunaan analogi (Sternberg, 1977). Ia menulis. "Kita berpikir secara analogis setiap kali kita menetapkan keputusan tentang sesuatu yang baru dalam pengalaman kita, dengan menghubungkannya pada sesuatu yang sama pada masa lalu. Bila kita membeli ikan mas, karena kita menyukai ikan mas yang dulu, atau jika kita mendengarkan nasihat kawan, karena dahulu nasihatnya benar, kita berpikir secara analogis."Lucunya, berpikir analogis yang tidak logis itu paling sering kita gunakan untuk menetapkan keputusan, memecahkan soal, dan melahirkan gagasan baru.

Dalam berfikir sebenarnya diandaikan keingian untuk pengambilan kesimpulan atau keputusan. Keputusan diambil beraneka ragam tetapi tanda umumnya adalah; 1) Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual. 2) Keputusan selalu melibatkan pilihan dari
berbagai alternatif; 3) Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan. Sudah disepakati, bahwa factor-factor personal amat menentukan apa yang diputuskan itu, antara lain kognisi, motif dan sikap. Kognisi artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki. Motif amat mempengaruhi prngambilan keputusan. Bila anda ingin memperoleh posisi penting di kantor X, anda memutuskan untuk bekerja sama dengan Q. Sikap juga faktor penentu lainnya. Bila sikap anda negatif terhadap kaum buruh, anda tentu memutuskan untuk tidak menggubris protes mereka. Pada kenyataannya, kognisi, motif, dan sikap ini berlangsung sekaligus.

Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Proses memecahkan persoalan berlangsung melalui lima tahap (tentu, tidak selalu begitu!):

1. Terjadi peristiwa ketika perilaku yang biasa dihambat kaivn.i sebab-sebab tertentu. Anda mula-mula akan mengatasinyi dengan pemecahan yang rutin. Mobil mogok, anda starter berkali-kali. Anak mogok sekolah, anda beri dia uang. Istrl mogok bicara, anda membujuknya. Bila cara biasa ini gagal,] masalah timbul.

2. Anda mencoba menggali memori anda untuk mengetahui cara-cara apa saja yang efektif pada masa yang lalu. Mobil mogok bisa didorong, anak mogok bisa diancam, dan istrl' mogok bisa dibohongi.

3. Pada tahap ini anda mencoba seluruh kemungkinan pemecah­an, yang pernah anda ingat atau yang dapat anda pikirkan, Semua anda coba. Ini disebut penyelesaian mekanis (me­chanical solution) dengan uji coba - trial and error.

4. Anda mulai menggunakan lambang-lambang verbal atau grafis untuk mengatasi masalah. Anda mencoba memahami situasi yang terjadi, mencari jawaban, dan menemukan keijj simpulan yang tepat. Anda mungkin menggunakan deduksi, atau induksi; tetapi karena jarang memperoleh informasi lengkap, anda lebih sering menggunakan analogi.

5. Tiba-tiba terlintas dalam pikiran anda suatu pemecahan. "Aha, sekarang saya tahu. anak saya tersinggung karena ucapan saya. Saya harus meminta maaf." Kilasan pemecahan masalah ini disebut Aha-Erlebnis (pengalaman Aha), atau lebih lazim disebut insight solution. Tidak ada yang lebih bagus melukiskan proses ini selain perilaku Sultan, simpanse milik Wolfgang Kohler, psikolog Gestalt. Kohler menggantungkan pisang pada langit-langit kandang. Di sudut kandang diletakkan beberapa buah kotak. Sultan mencoba menggapai pisang berkali-kali; mencoba dan gagal. Ketika sejenak istirahat, ia melihat kotak-kotak itu. Ditariknya kotak-kotak itu satudemi satu, lalu ditumpuknya. Kita tidak tahu apakah sultan tersenyum bahagia ketika meraih pisang itu. Percobaan ini diulang; kali ini pisang disimpan di luar kandang, cukup jauh sehingga tidak tergapai tangan Sultan. Disediakan dua tongkatl pendek yang dapat disambung. Sultan dapat menyambungkannya, juga setelah mencoba dan gagal. (Desideral. et.,al (1976313, dalam Jalaluddin Rahmat, Hal 91)

Gambar

Simpanse dengan

Pengalaman Aha-erlebnis

Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemecahan Masalah

1. Motivasi. Motivasi yang rendah mengalihkan perhatian, motivasi yang tinggi membatasi fleksibilitas. Anak yang terlalu bersemangat melihat hadiah ulang tahun, sering tidak dapat membuka pita bingkisan. Karena terlalu tegang, anak tidak mampu mengerjakan soal ujian, banyak orang mati tidak dapat keluar ruangan saat diskotek terbakar.

2. Kepercayaan dan Sikap yang salah. Bila kita yakin bahwa materi adalah segalanya dalam meraih kebahagiaan, kita kesulitan menyelesaikan problem batin kita.

3. Kebiasaan. Kecendrungan untuk berfikir dengan pola tertentu, melihat masalah hanya dengan setting, pola piker tertentu, tanpa kritis pada otoritas dst. Cara kita memandang dan mengatasi persoalan seringkali dibatasi ole Culture-Setting kita. Sering kali itu kita anggap yang terbaik.

4. Emosi. Emosi sering terlibat dalam pemecahan masalah, emosi mewarnai cara piker kita. Kita jarang mampu berfikir benar-benar objektif

"Takut mungkin melebih-lebihkan kesulitan persoalan dan me­nimbulkan sikap resah yang melumpuhkan tindakan; marah men-dorong tindakan impulsif dan kurang dipikirkan; dan kecemasan sangat membatasi kemampuan kita melihat masalah dengan jelas atau merumuskan kemungkinan pemecahan" (Coleman, 1974:447).

Berfikir Kreatif

Berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat. Pertama, kreativitas melibatkan respons atau gagasan yang baru, atau yang secara statistik sangat jarang terjadi. Tetapi kebaruan saja tidak cukup. Syarat kedua kreativitas ialah dapat memecahkai persoalan secara realistis. Ketiga, kreativitas merupakan usaha untuk mempertahankan insight yans orisinal, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin (MacKinnon, 1962:485).

Ketika orang berpikir kreatif, jenis berpikir manakah yarn paling sering dipergunakan: deduktif, induktif, atau evaluatifl Jawabannya: berpikir analogis. Berpikir induktif sering dipergunakan, justru karena tidak "selogis" berpikir deduktif. Berpikir evaluatif membantu kreativitas karena menyebabkan kita menilai gagasan-gagasan secara kritis.

Guilford membedakan antara berpikir kreatif dan tak kreatif dengan konsep berpikir konvergen dan divergen. Jika anda ditanya, "Apa ibu kota Republik Indonesia?" anda menjawabnya dengan berpikir konvergen, yakni kemampuan untuk memberikan satu jawaban yang tepat pada pertanyaan yang diajukan. Jika anda ditanya, "Apakah perbedaan antara bank dan koperasi? Sebutkan sebanyak mungkin," anda menjawabnya dengan berpikir divergen. Kata Guilford, orang kreatif ditandai dengan pola berpikir divergen, yakni, mencoba menghasilkan sejumlali kemungkinan jawaban. Berpikir konvergen erat kaitannya dengan kecerdasan; divergen, dengan kreativitas.

Berpikir divergen dapat diukur dengan fluency, flexibility, dan originality. Bila saya meminta anda menyebutkan sebanyak mungkin kata-kata yang berakhir dengan —si, saya mengukur fluency anda. Jika jawaban anda bukan saja panjang, tetapi juga menunjukkan keragaman dan hal-hal yang luar biasa, anda memilikl skor yang tinggi dalam flexibility dan originality.

Proses Berfikir kreatif

Para psikolog menyebutkan lima tahap berpikir kreatif.

1. Orientasi: Masalah dirumuskan, dan aspek-aspek masalah diidentifikasi.

2. Preparasi: Pikiran berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah.

3. Inkubasi: Pikiran beristirahat sebentar, ketika berbagai pemecahan berhadapan dengan jalan buntu. Pada tahap ini, proses pemecahan masalali berlangsung terus dalam jiwa bawah sadar kita.

4. Illuminasi: Masa inkubasi berakhir ketika pemikir memperoleh semacam ilham, serangkaian insight yang memecahkan msalah. Ini menimbulkan Aha Erlebnis.

5. Verifikasi: Tahap terakhir untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan masalah yang diajukan pada tahap empat.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kreatif

Orang-orang kreatif memiliki temperamen yang beraneka ragam. Wagner sombong dan sok ngatur; Tchaikovsky pemalu, pendiam, dan pasif; Byron hyperseksual; Newton tidak toleran dan pemarah; Einstein rendah hati dan sederhana.

Walaupun demikian, ada beberapa faktor yang secara umum menandai orang-orang kreatif (Coleman dan Hammen, 19974: 455);

1. Kemampuan kognitif: Termasuk di sini kecerdasan di atas rata-rata kemampuan melahirkan gagasan-aagasan baru, gagasan yang berlainan, dan fleksibilitas kognitif.

2. Sikap yang terbuka: Orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli internal dan eksternal; ia memiliki minat yang beragam dan luas.

3. Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri. orang kreatif tidak senang "digiring"; ingin menampilkan diri semampu dan semaunya; ia tidak terlalu terikat pada konvensi-konvensi sosial. Mungkin inilah sebabnya, orang-orang kreatif sering dianggap "nyentrik" atau gila.

Berfikir kreatif hanya berkembang pada masyarakat yang terbuka,toleran terhadan ide-ide "gila", dan memberikan kepada setiap orang untuk mengembangkan dirinya. masyarakat yang menuntut kepatuhan membuat otoritas, meminta keseragaman dalam berperilaku, menghargai kesetiaan primordial, tetapi membunuh prestasi yang menonjol, sukar melahirkan pemikiran-pemikiran kreatif.

Kita bisa lihat ini pada masa zaman Abbasiyah di dalam Islam, dimana kreativitas sangat tumbuh subur, keluar manusia-manusia jenius Ibn Sina, Ibn Khayyam, Khawarizmi dst..dst (ahli Kimia, kedokteran, Fisika, sejarah, filsafat, astronomi, tata-kota, tata-bahasa dst), juga di Itali saat Renaisance. Juga di Negara-negara Eropa-timur dimana Rusia, jerman-Timur, Kroasia, Yugoslavia dll….Balet, Matematika dan Fisika sangat menonjol (karena peneguhan lingkungan, masyarakat masalah itu sangat besar).

PERSEPSI INTERPERSONAL (Persepsi kepada manusia Lain)

Bila objek atau peristiwa didunia luar itu kita sebut distall stimuli, dan persepsi kita tentang stimuli itu kita sebut percept, maka percept tidak selalu sama dengan distall stimuli. Proses subjektif yang secara aktif menafsirkan stimuli, disebut Fritz Heider sebagai Contruct Proses. Proses ini meliputi factor biologis dan sosiopsikologis individu pelaku persepsi.

Factor-faktor situasional pada persepsi interpersonal; 1) Deskripsi Verbal, (kadang kata pertama menimbulkan efek lain bila kata yang sama diletakkan dibelakan. Bila kita mengatakan orang ini; cerdas, rajin, lincah, kritis, kepala batu dan dengki. Bayangan anda tentang orang tadi positif. Bila dibalik; orang itu dengki, kepala batu, lincah, rajin, kritis. Bayangan anda ke orang itu Negatif. 2) Kinestetik (orang dating dengan membungkuk, tangan dilipat sambil meremas-remas tangannya sendiri dst, anda mellihat dia tidak percaya diri dst. 3) petunjuk Wajah, 4) Petunjuk Prosemik (oaring yang duduk berdekatan, akrab; berjauhan suami-istri, kurang bahagia dst). 5) Paralinguistik (kecepatan bahasa, dialek, nada suara dst). Bila kita mendengar orang dengan suara sunda atau batak, bayangan kita tentang generalisasi orang batak, gadis sunda dst masuk pada construc proses kita, saat mempercepsi kata, suara, argument atau ajakan pesan tadi. 6) Petunjuk Artifisial (segala macam penampilan, pakaian, postur tubuh, gaya rambut, jambang dst).

Factor-faktor personal pada persepsi interpersonal; 1) Pengalaman (ibu sangat peka melihat perubahan, tanda-tanda pada anaknya). 2) Motivasi (anda hanya mendengar apa yang mau anda dengar dan anda tidak akan mendengar apa yang tidak ingin anda dengar. Motif personal lain lainnya yang mempengaruhi persepsi interpersonal adalah kebutuhan untuk mempercayai dunia yang
adil (need to believe in a just wolrd,
Lerner, 1975). Menurut Melvin Lerner, kita perlu mempercayai bahwa dunia diatur secara adil —setiap oran memperoleh apa yang layak diperolehnya. Orang diganjar dan dihukum karena perbuatannya. Kita mengatakan orang sukses karena pandai, rajin, kerja keras dll. Orang miskin karena malas, kurang wawasan dst. 3) Kepribadian. Dalam psikoanalisis dikenal proyeksi. Proyeksi adalah mengeksternalisasikan pengalaman subjektif secara tidak sadar. Orang melemparkan perasaan bersalahnya pada orang laian. Orang mengenakan pada orang lain sifat-sifat yang tidak disenanginya.

Proses Pembentukan Kesan

1) Stereotyping (Guru yang punya gambaran anak yang cerdas pada awal masuk, akan mengakibatkan “secara umum” anak itu akan sukses dikelasnya. Kalau kita melihat nama Alfred, maka kita asumsikan dia orang Barat, maka timbul stereotype yaitu; pandai, tepat waktu, free-sex, non-agamis dll. Demikian juga kalau kita lihat orang Arab, gambaran kita mungkin, agamis, kaya, suka-kawin dst. Inilah stereotype. Bahkan ada penellitian nama-nama yang baik dikelas cenderung dapat nilai baik, yang punya nama-nama jelek, nilainya jelek (penelitian Harari dan McDavid, 1973). Disnilah keluar primacy effect dan hallo effect. 2) Implicit Personality Theory (Setiap manusia membuat teori tersendiri(yang tidak dinyatakan)untuk member kesan pada orang lain; missal kita melihat pembantu kita sholat, kita katakana dia jujur,sholeh dan bermoral, padahal tidak harus seperti itu.3)Atribusi, Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak (baron dan Byrne, 1979:56).

Secara garis besar ada dua macam atribusi; atribusi kausalitas dan atribusi kejujuran. Bila kita melihat perilaku orang lain, kita mencoba memahami apa yang menyebabkan ia berperilaku seperti itu. Bila kita mengamati perilaku sosial, pertama-tama kita menentukan dahulu apa yang menyebabkannya: faktor situasional atau personal. Apakah mahasiswa yang drop-out itu gagal karena kemalasan dan kurang motivasi atau karena sitem pendidikan yang salah dan dosen yang tidak bermutu? Apakah orang itu miskin karena malas, bodoh, dan kurang inisiatif atau karena struktur ekonomi yang menindas? Contoh lain adalah pujian; pujian dari orang berstatus tinggi itu dianggap penghargaan, dari yang berstatus rendah dianggap menjilat.

Menurut Kelley, kita menyimpulkan kausalitas internal atau eksternal dengan memperhatikan tiga hal: Konsensus — apakah orang lain bertindak sama seperti penanggap; konsistensi — apakah penanggap bertindak yang sama pada situasi lain; dan kekhasan (distinctiveness) — apakah orang itu bertindak yang sama pada situasi lain, atau hanya pada situasi ini saja. Bila tinggi berarti kausalitas eksternal, rendah berarti kausalitas Internal.

Proses Pengelolaan Kesan (Impression Management)

Proses Pengelolaan Kesan (Impression Management). Usaha untuk menampilkan petunjuk-petunjuk tertentu untuk menimbulkan kesan tertentu pada diri penanggap. Peralatan lengkap yang kita gunakan untuk menampilkan-diri disebut front. Front terdiri dari panggung (setting), penampilan (appearance), dan gaya bertingkah-laku (manner). Setting adalah rangkaian peralatan ruang dan benda yang kita gunakan. Seperti dikorasi ruang kantor, perabotan, encyclopedia dst. Penampilan berarti menggunakan petunjuk artifaktual. Seperti masang dasi, memakai kemaja Pierre de Cardin, minyak wangi Guy de La Roche, dst Gaya tingkah laku menunjukkan cara kita berjalan, berbicara, mandang, dan sebagainya. Pejabat baru ingin menumbuhkan kharisma berusaha mengurangi humornya, bicara dalam tempo lambat, campuran inggris-indonesia, pakai istilah-istilah dst.

Konsep Diri

William D. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai "those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from and our interaction with others" (1974:40). Pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologis, sosial, dan fisis. Bagaimana watak saya sebenarnya? apa yang membuat saya bahagia atau sedih? Apa yang sangat mencemaskan saya? (Persepsi psikologis). Bagaimana orang lain memandang saya? Apakah mereka menghargai atau merendahkan saya? Apakah mereka membenci atau menyukai saya? (Persepsi Sosial). Bagaimana pandangan saya tentang penampilan saya? Apakah saya orang yang cantik atau jelek? Apakah tubuh saya kuat atau lemah? (Persepsi Fisis)

Anita Taylor et al. mendefinisikan konsep diri sebagai all you think and feel about you, the entire complex of beliefs you hold about yourself'" (1977:98). Ada komponen Kognitif juga Afektif.

Misalkan anda berfikir bahwa anda bodoh (kognitif), tetapi segi afektif anda mengatakan, saya senang diri saya bodoh, atau saya malu diri saya bodoh. Komponen kognitif disebut citra diri (self image), komponen afektif disebut harga-diri (self esteem).

Factor-faktor yang mempengaruhi Konsep-Diri

Orang lain

Gabriel Marcel, filusuf eksistensialis, yang mencoba menjawab misteri keberadaan, The Mystery of Being, menulis tentang peranan orang lain dalam memahami diri kita, "the fact is that we can understand ourselves by starting from the other, or from others, and only by starting from them. "Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain lebih dahulu Bagaimana anda menilai diri saya, akan membentuk konsep saya. Harry Stack Sullivan (1953) menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan menyalahkan kita dan menolak kita, kita akan menolak dan tidak akan menyenangi diri kita.

Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita. ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat dengan diri kita. George Herbert Mead (1934) menyebut mereka significant others - orang lain yang sangat penting. Ketika kita masih kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan
kita. Richard Dewey dan W.J. Humber (1966:105) menamainya effective others - orang lain yang dengan mereka kita mengikatan emosional. Dari merekalah, secara perlahan-lahan kita membentuk konsep diri kita. Senyuman, pujian, penghargaan, pelukan mereka, menyebabkan kita menilai diri kita secara positif. Ejekan, cemoohan, dan hardikan, membuat kita memandang diri kita secara negatif.

Kelompok Rujukan

Ini adalah kelompok-kelompok dimana kita mengikatkan diri kesana. Misalnya kelopok rujukan kita adalah guru, dokter, ustad/ulama, pastur, professional-muda, artis dll. Akhirnya konsep kita seperti mereka dengan atribut-atribut yang lengkap semacam kelompok itu. Buku bacaannya, prilaku, pakaian mungkin atau keharusan-keharusan yang dimiliki dst.

Pengaruh konsep-diri pada komunikasi interpersonal

Nubuat yang Dipenuhi Sendiri

Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentuLm komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya.

Kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep-diri disebut sebagai nubuat yang dipenuhinya sendiri. Bila anda berfikir anda orang bodoh, anda akan benar-benar menjadi orang bodoh. Bila anda merasa memiliki kemampuan untuk menghadapi persoalan apapun, maka persoalan apa pun yang anda hadapi dapat anda atasi. Inilah kebenaran kata-kata: You don't think what you are, you are what you think.

Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert (1976:42—43) ada empat tanda orang yang konsep diri negatif. Pertama, ia peka pada kritik. Kedua, responsive terhadap pujian. Ketiga, bersikap hiperkritis terhadap orang lain. Keempat, cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan. Sehingga ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh. Akhirnya mereka tidak mampu melahirkan kehangatan dan persahabatan. Kelima, pesimis terhadap kompetisi. Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri positif berciri; 1) Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah; 2) Ia merasa setara dengan-orang lain; 3) Ia menerima pujian tanpa rasa malu; 4) Ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat; 5) Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

D.E. Hamachek menyebutkan sebelas karakteristik orang yang mempunyai konsep diri positif:

1. Ia meyakini beiul-betul nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia mempertahankannya, walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat. Tetapi, dia juga merasa dirinya cukup tangguh untuk mengubah prinsip-prinsip itu bila pengalaman dan bukti-bukti baru menunjukkan ia salah.

2. Ia mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebih-lebihan, atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak menyetujui tindakannya.

3. Ia tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa yang akan terjadi besok, apa yang telah terjadi waktu yang lalu, dan apa yang sedang terjadi waktu sekarang

4. Ia memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan, bahkan ketika ia menghadapi kegagalan atau kemunduran.

5. Ia merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga, atau sikap orang lain terhadapnya.

6. Ia sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, paling tidak bagi orang-orang yang ia pilih sebagai sahabatnya.

7. Ia dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati, dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah.

8. Ia cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya.

9. Ia sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai dorongan dan keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, dari sedih sampai bahagia, dari kekecewaan mendalam sampai kepuasan yang mendalam pula.

10. Ia mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang meliputi pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan, atau sekedar mengisi waktu.

11. Ia peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima, dan terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang-senang dengan mengorbankan orang lain.

(Brooks dan Emmert, 1976:56)

Membuka diri

Makin bagus konsep diri anda, makin berani anda membuka diri anda, berhubungan dengan orang lain, berkomunikasi lancer dst.

Percaya Diri

Bila anda yakin dengan diri anda, karena konsep diri anda yang positif, maka anda menjadi percaya diri. Berhubungan, komunikasi dan lain-lain anda mempu jalankan dengan baik. Bahkan kemampuan untuk mendapat tambahan kerjaan, tanggung-jawab, memimpin dll, mampu anda pegang dan siap karena percaya diri itu ada. Kata tokoh Psikosibernetik popular, Maxwell Maltz, “Believe in yourself and you’ll succeed”. Untuk meningkatkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu. (Maltz, 1970: 55)

Selektivitas

Konsep diri mempengaruhi prilaku komunikasi, karena konsep diri mempengaruhi pesan yang mungkin anda buka, bagaimana mempersepsi pesan itu, apa yang kita ingat dst. Konsep diri menyebabkan terpaan selektif (orang agamis, membaca buku-buku islami, pembaca kompas, al-Hikmal, Islamuna, Ulumul-Qur’an beda dengan pembaca Jawa Pos, Sabili dan Ummi). Juga Persepsi selektif, anda terkadang gampang hafal nama-nama pemain bola, ada yang hafal nama buku dan pengarangnya. Gampang mengingat-ingat humor lucu, ada yang gampang ingat rumus-rumus kimia. Orang yang rendah atau buruk konsep-dirinya, cenderung banyak menerima hal-hal yang berbau negative pada dirinya. Pujian kurang melekat dan tidak diterima sebagaimana mestinya, disbanding dengan kritik yang ia terima. Ingatan Selektif, seperti diatas; ingat nama-nama besar yang sulit seperti, max Khorkhaimer, Jurgen-Habermas, Foucoult, Derrida dst, tetapi mungkin lupa lagu ‘Padamu-Negeri’. Bisa ditambah Penyandian-Selektif, dengan menggunakan bahasa-bahasa tertentu, symbol-simbul tertentu, gerakan tangan, barang-barang tertentu, bagi kelompok dosen, bangsawan, professional-muda dst.

Atraksi Interpersonal

Atraksi berasal dari bahasa Latin attrahere — ad: menuju; trahere: menarik. Dean C. Barlund, ahli komunikasi interpersonal, menulis; mengetahui garis-garis atraksi dan penghindaran dalam sistem sosial artinya mampu meramalkan dari mana pesan akan muncul, kepada siapa pesan itu akan mengalir, dan lebih-lebih lagi bagaimana pesan akan diterima." (Barlund, 1968:71) Dengan kata lain, ini berarti, dengan mengetahui siapa tertarik siapa atau siapa menghindari siapa, kita dapat meramalkan komunikasi interpersonal yang akan terjadi.

Factor-faktor Personal yang mempengaruhi Atraksi Interpersonal

Kesamaan Karakteristik Personal

Orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, tingkat sosioekonomis, agama, ideologis, cenderung saling menyukai. Reader dan English mengukur kepribadian subjek-subjeknya dengan rangkaian tes kepribadian. Diketemukan, mereka yang bersahabat menunjukkan korelasi yang erat dalam kepribadiannya.

Menurut teori Cognitive Consistency dari Fritz Heider, manusia berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan prilakunya. Demikian juga Teori Behaviorisme, yang mengatakan peneguhan akan mendatangkan kesenangan, dan diulang. Dengan kesamaam antar orang, mereka saling meneguhkan, maka mereka menjadi saling menyenangi atau bersahabat.

Tekanan Emosional

Bila ada tekanan, maka antar satu orang dengan orang lain, saling membutuhkan kehadiran. Demikian juga orang yang pernah mengalami kesamaan pengalamaan, penderitaan, sama-sama membentuk kelompok solidaritas yang tinggi.

Harga diri yang rendah

Menurut kesimpulan penelitian Walster, bila harga diri rendah, hasrat afiliasi (bergabung dengan orang lain) bertambah dan ia makin responsif untuk menerima kasih-sayang orang lain. Dengan perkataan lain, orang yang rendah diri cenderung mudah mencintai orang lain (Tubbs dan Moss, 1974).

Isolasi Sosial

Bagi orang yang terisolasi - narapidana, petugas di rimba, atau penghuni pulau terpencil- kehadiran manusia merupakan kebahagiaan. Gain-loss Theory, Elliott Aronson (1972) mengembanp Gain-loss theory (teori untung-rugi) untuk menjelaskan atraksi interpersonal. Menurut teori ini, pertambahan perilaku menyenangkan dari orang lain akan berdampak positif pada kita. Bila anda disukai orang, anda mendapat ganjaran dalam interaksi sosial. Menurut Aronson, orang yang kesukaan kepada kita bertambah akan lebih kita senangi daripada orang yang kesukaannya kepada kita tidak berubah.

Factor-faktor Situasional yang mempengaruhi Atraksi Interpersonal

Daya tarik fisik

Orang yang cantik, ganteng, perawakan tinggi, besar diuntungkan secara penampilan. Mereka dinilai lebih positif, lebih unggul disbanding yang sebaliknya.

Ganjaran (reward)

Menurut teori pertukaran sosial (social exchange theory), interaksi sosial adalah semacam transaksi dagang. Kita akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak dari biaya. Atraksi, dengan demikian, timbul pada interaksi yang banyak mendatangkan laba. Bila pergaulan saya dengan anda menyenangkan, sangat menguntungkan dari segi psikologis atau ekonomis, kita akan saling menyenangi (Lihat, Thibaul &Kelley, 1959; Homans, 1974; Lott dan Lott, 1974).

Familiarity

Familiarity artinya sering kita lihat atau sudah kita kenal baik. Jika kita sering jumpa dengan seseorang — asal tidak ada hal-hal lain – kita akan menyukainya.

Kedekatan (Proximity)

Orang cenderung menyenangi mereka yang tempat tinggalnya berdekatan.

Kemampuan (Competence)

Kita cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi dari kita. Aronson (1972:212) menemukan dalam penelitian yang dilakukannya, bahwa orang yang paling disenangi adalah orang yang memiliki kemampuan tinggi tetapi menunjukkan beberapa kelemahan.

Teori-teori Hubungan Interpersonal

Ada sejumlah model untuk menganalisa hubungan interpersonal, mengikuti ikhtisar dari Coleman dan Hammen (1974: 224-231) ada empat buah model: Model Pertukaran sosial (social exchange model); (2) model peran (Role); (3) model permainan (the ''games people play model) (4) model interaksional (interactional model).

Model Pertukaran Sosial

Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan social hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya.

Ganjaran adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh dari suatu hubungan. Ganjaran berupa uang, penerimaan social, dukungan terhadap nilai yang dipegang. Biaya adalah ikibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, keruntuhan harga diri dst. Hasil atau laba, adalah ganjaran dikurangi laba. Jika hubungan tidak mendapatkan laba, maka manusia akan cenderung mencari relasi lain yang menghasilkan laba. Tingkat perbandingan, ukuran baku (standart) yang dipakai sebagai criteria hubungan. Missal pengalaman baik, maka standart turun, pengalaman jelek (trauma), standart naik. Standart naik, maka hasil yang diinginkan lebih besar, sehingga hubungan agak sulit, demikian sebaliknya. Standart turun, mereka mau berhubungan dengan banyak orang tanpa patokan hasil yang terlalu tinggi.

Model Peranan

Setiap orang melakukan peran sesuai dengan ‘naskah’ yang sudah dibuat oleh masyarakat. Missal peran sebagai orang tua, guru, suami, istri, anak dst. Hubungan interpersonal berkembang denngan baik bila setiap individu memainkan sesuai dengan espektasi perannya. Ada model lain yaitu; Model Permainan dan Model Interaksional.

Konflik

R.D. Nye (1973) dalam buku Conflict among Humans. Nye menyebutkan lima sumber konflik; 1) Kompetisi – salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain; misalnya menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain. 2) dominasi — salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang itu merasakan hak-haknya dilanggar; 3) kegagalan — masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai; 4) provokasi – satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain; (5) perhedaan nilai — kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.

Faktor-faktor yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal dalam Komunikasi Interpersonal

Percaya (trust)

Secara ilmiah, “percaya" didefinisikan sebagai "mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko" (Giffin, 1967:224-234)

Apakah untungnya kita percaya pada orang lain? Pertama, “percaya" meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerima-informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Jika anda tidak mau mengungkapkan bagaimana perasaan dan pikiran anda, saya tidak akan memahami siapakah anda sebenarnya. Persepsi interpersonal saya tentang anda akan terganggu. Saya mungkin mempunyai penafsiran yang salah tentang diri anda. Tanpa percaya tidak akan ada pengertian. Tanpa pengertian terjadi kegagalan komunikasi primer. Kedua, hilangnya kepercayaan pada orang lain akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal yang akrab.

Sejauh mana kita percaya pada orang lain dipengaruhi oleh factor personal dan situasional. Harga diri yang positif cenderung mempercayai orang lain, sementara kepribadian otoritarian cenderung sukar mempercayai orang lain.

Ada factor lain yang berhubungan dengnan sikap percaya:

1. Karakteristik dan maksud orang lain. Kita akan percaya pada dokter (masalah kesehatan), Insinyur (masalah bangunan), dst. Apalagi mereka dengan reputasi yang baik. Tidak tidak percaya pada mereka dalam masalah agama. Kita juga mudah percaya dengn orang yang punya maksud sama dengan kita.

2. Hubungan kekuasaan.

3. Sifat dan kualitas komunikasi.

4. Pengalaman sebelumnya

5. Sikap saling percaya (menerima, empati dan kejujuran).

Defensif dan Suportif

Secara singkat perilaku menimbulkan iklim defensif dan suportif diperlihatkan daftar berikut: Perilaku Defensif dan Suportif dari Jack Gibb

Iklim Defensif

Iklim Suportif

1. Evaluasi

1. Deskripsi

2. Kontrol

2. Orientasi masalah

3. Strategi

3. Spontanitas

4. Netralitas 4. Empati

5. Superioritas 5. Persamaan

6. Kepastian 6. Provisionalisme

1. Evaluasi dan Diskripsi. Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain ; memuji atau mengecam. Deskripsi artinya penyampaian perasaan dan persepsi anda tanpa menilai. Pada evaluasi, umumnya menggunakan kata-kata sifat (salah, ngawur, bodoh). Pada deskripsi, biasanya anda menggunakan kata-kerjaa (anda sering kali berpindah dari satu persoalan ke persoalan lain; anda tidak mengikuti perkembangan terakhir dalam bidang ini).

2. Kontrol dan Orientasi Masalah. Perilaku kontrol artinya berusaha untuk mengubah orang lain, mengendalikan perilakunya, mengubah sikap, pendapat dan tindakannya. Orientasi masalah sebaliknya adalah mengkomunikasikan keinginan untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah. Dalam orientasi masalah, anda tidak mendiktekan pemecahan. Anda mengajak orang lain bersama-sama untuk menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya.

3. Strategi dan Spontanitas. Strategi adalah penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk mempengaruhi orang lain. Spontanitas artinya sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang terpendam. Bila orang tahu kita melakukan strategi, ia akan menjadi defensif.

4. Netralitas dan dan Empati. Netraiitas berarti sikap acuh tak acuh, dingin. Empati yaitu turut merasakan seperti yang orang lain rasakan.

5. Superioritas dan Persamaan. Superioritas artinya sikap menunjukkan anda lebih tinggi atau lebih baik daripada orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual, kekayaan, atau kecantikan. Superioritas akan melahirkan sikap defensif, Persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis. Dalam sikap persamaan, anda tidak mempertegas perbedaan. Status boleh jadi berbeda, tetapi komunikasi anda tidak vertikal. Anda tidak menggurui, tetapi berbincang pada tingkat yang sama.

6. Kepastian dan Provisionalisme. Dekat dengan superioritas adalah kepastian (certainty). Orang yang memiliki kepastian bersifat dogmatis, ingin menang sendiri, dan melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapal diganggu-gugat. Provisionalisme, sebaliknya, adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat kita, untuk mengakui bahwa pendapat manusia adalah tempat kesalahan; ("Provisional", dalam bahasa Inggris, artinya bersifat sementara atau menunggu sampai ada bukti yang lengkap).

Sikap Terbuka dan Tertutup:

1. Menilai pesan berdasarkan motif pribadi. Orang dormant tidak akan memperhatikan logika suatu proposisi, ia banyak melihat sejauh mana proposisi itu sesuai dengan dirinya. Kata-kata utamanya adalah; “Pokoknya, saya……”, sebaliknya menilai dengan objektif dan keajekan logika.

2. Berpikir simplistis. Bagi orang dogmatis, dunia ini hanya hitam dan putih, tidak ada kelabu. Ia tidak sanggup membedakan yang setengah benar setengah salah, yang tengah- tengah. Baginya kalau tidak salah, benar. Sebaliknya mampu melihat nuansa.

3. Berorientasi pada sumber. Bagi orang dogmatis yang paling penting ialah siapa yang berbicara, bukan apa yang dibicarakan. Ia terikat sekali pada otoritas yang mutlak.

4. Mencari informasi dari sumber sendiri. Orang-orang dogmatis hanya mempercayai sumber informasi mereka sendiri. Mereka tidak akan meneliti tentang orang lain dari sumber yang lain.

5. Secara kaku mempertahankan dan membela sistem kepercayaannya. Berbeda dengan orang yang terbuka yang melihat kepercayaannya secara provisional, orang dogmatis menerima kepercayaannya secara mutlak.

6. Tidak mampu membiarkan inkonsistensi. Orang dogmatis tidak tahan hidup dalam suasana inkonsisten. Ia menghindari kontradiksi atau benturan gagasan. Informasi yang tidak konsisten dengan desakan dari dalam dirinya akan ditolak, didistorsi, atau tidak dihiraukan sama sekali.

KOMUNIKASI MASSA

Definisi komunikasi massa menurut Bittner (1980:10): "Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people" (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang). Gerbner (1967) menulis, "Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies" (komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskankan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri). Maletzke (1963) menghimpun banyak definisi diantaranya; 1) Komunikasi massa kita artikan setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar. 2) Komunikasi massa dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi.

Merangkum definisi di atas, komunikasi massa dapat diartika sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Secara sederhana, komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni suratkabar, majalah, radio, televisi, dan film. Empat tanda pokok dari komunikasi massa (menurut Elizabeth- Noelle Neuman, 1973:92): 1) bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis; 2) bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (para komunikan). 3) bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim; 4) mempunyai publik yang secara geogarfis tersebar.

Karena perbedaan teknis, maka sistem komunikasi masaal juga mempunyai kerakteristik psikologis yang khas dibandingkani dengan sistem komunikasi interpersonal. Ini tampak pada 1) pengendalian arus informasi (bila komunikasi massa, maka kita tidak dapat menghentikan, arus informasinya tidak terpotong-potong dst. Lihat saja bila kit abaca korat, dengar radio….kita tidak bisa, sebentar mestinya, dst, 2) umpan balik (komunikasi massa, umpan baliknya tidak jelas, atau kecil sekali. Gimana reaksi pembaca surat kabar, jelas sulit sekali dilihat. Komunikasi satu arah), 3) stimulasi alat indra (tergantung medianya, bila surat kabar, hanya mata, bila radio hanya telinga, bila film telinga dan mata), dan 4) proporsi unsur isi dengan hubungan (pada komunikasi interpersonal, unsure hubungan penting, siapa mengatakan, bermaksud apa, seberapa dekat dengan saya dst, komunikasi massa, unsure isinya yang lebih penting).

EFEK KOMUNIKASI MASSA

Secara sederhana efek komunikasi massa adalah; menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan prilaku kita.

1. Ada kesepakatan bahwa bila efek terjadi, efek itu seringkali berbentuk peneguhan dari sikap dan pendapat yang ada.

2. Sudah jelas bahwa efek berbeda-beda tergantung pada prestise atau penilaian terhadap sumber komunikasi.

3. Makin sempurna monopoli komunikasi massa, makin besar kemungkinan perubahan pendapat dapat ditimbulkan pada arah yang dihendaki.

4. Sejauh mana suatu persoalan dianggap penting oleh khalayak akan mempengaruhi kemungkinan pengaruh media massa -"komunikasi massa efektif dalam menimbulkan pergeseran yang berkenaan dengan persoalan yang tidak dikenal, tidak begitu dirasakan, atau tidak begitu penting."

5. Pemilihan dan penafsiran isi oleh khalayak dipengaruhi oleh pendapat dan kepentingan yang ada dan oleh norma-norma kelompok.

6. Sudah jelas juga bahwa struktur hubungan interpersonal pada khalayak mengantarai arus isi komunikasi, membatasi, dan menentukan efek yang terjadi. (McQuail, 1975:47- 48).

Di Jerman, Elisabeth-Noelle-Neumann, meneliti factor penting dalam membatasi persepsi yang selektif, yaitu Ubiquity, Kumulasi pesan dan Keseragaman wartawan.

Ubiquity artinya serba ada. Media massa mampu mendominasi lingkungan informasi dan berada di mana-mana. Karena sifatnya yang serbaada, agak sulit orang menghindari pesan media massa. Sementara itu, pesan-pesan media massa bersifal kumilatif. Berbagai pesan yang sepotons-sepotong bergabung menjadi satu kesatuan setelah lewat waktu tertentu. Perulangan pesan yang berkali-kali dapat memperkokoh dampak media massa. Dampak ini diperkuat dengan keseragaman para wartawan. Siaran berita cenderung sama, sehingga dunia yang disajikan pada khalayak juga dunia yang sama. khalayak akhirnya tidak mempunyai alternatif yane lain, sehingga mereka membentuk persepsinya berdasarkan informasi yang diterima dari media massa.

Efek pesan media massa meliputi aspek kognitif, afektif, dan behavioral. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, difahami atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan tranmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku. Setelah menyaksikan wancara seorang pengamat atau kelompok pelaku Terorisme dengan reporter TV, mungkin kita akan mengetahui prosedur rekruitmen, jaringan sel, atau system kerja Terorisi (efek kognitif). Mungkin Anda terharu/jengkel karena mendengar kenekatan, argumentasi, kebiadaban, keberhasilan mereka dan mendukung digalakkannya system anti Terorisme (efek afektif), atau mungkin anda segera mendaftarkan diri untuk ikut terorisme itu atau memberikan usulan ke kepolisian terdekat, RT, RW, bagaimana bersama-sama mengurangi terorisme disekitar kita (efek behavioral).

Media massa itu menyajikan informasi. Informasi yang anda peroleh itu telah menstruktur atau mengorganisasikan realitas. Realitas sekarang yang sudah anda peroleh tadi menjadi gambaran yang punya makna (citra, iamge). Citra adalah peta kita tentang dunia. Citra adalah gambaran tentang realita dan tidak harus selalu sesuai dengan realitas. Citra adalah dunia menurut persepsi kita.

Realita yang ditampilkan media adalah realita yang sudah diseleksi, realita tangan kedua…jadi bila kita mendapat “banyak citra dari media”, akhirnya realita yang kita tahu sama dengan realitas yang sudah diseleksi tadi. Padahal realita itu membentuk persepsi (citra kita akan dunia), dan itu menentukan tindakan, sikap kita terhadapnya.

Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif sudah tentu media massa mempengaruhi pembentukan tentang lingkungan sosial yang timpang, bias, dan tidak cermat. Terjadilah apa yang disebut stereotip, Stereotip diartikan Emil Dofivat (1968:119) sebagai gambaran tentang individu, kelompok, profesi, atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise, dan seringkali timpang dan tidak benar. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan dalam media massa Amerika, kelompok minoritas sering ditampilkan dalam stereotip yang merendahkan: orang Negro bodoh, malas, dan curang; orang Indian liar dan ganas, orang Asia umumnya pekerja kasar, seperti pelayan, tukang cuci, dan tukang masak; orang kulit putih tentu sering muncul sebagai "yang punya lakon’ (U.S. Commission on Civil Rights, 1977). Juga sekarang media barat sangat stereotype terhadap Islam dan Arab.

Klapper melihat bukan saja media mempertahankan citra khalayak; media lebih cenderung menyokong status quo ketimbang perubahan. Informasi dipilih yang sedapat mungkin tidak terlalu menggoncangkan status quo. Roberts menganggap kecenderungan ini timbul karena tiga hal: (1) reporter dan editor memandang dan menafsirkan dunia sesuai dengan citranya tentang realitas — kepercayaan, nilai, dan norma. Kerena citra itu disesuaikan dengan norma yang ada, maka ia cenderung tidak melihat atau mengabaikan alternatif lain mempersepsi dunia; (2) wartawan selalu memberikan respon pada tekanan halus yang merupakan kebijaksanaan pemimpin media; dan (3) media massa sendiri cenderung menghindari hal-hal yang kontroversial, karena kuatir hal-hal tersebut akan menurunkan volume khalayaknya. Lihat saja yang mencolok adalah TV kita, bagaimana sinetron, lucu-lucuan, film-barat action dst.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar