Laman

Senin, 05 April 2010

Teoari Kepribadian (1) FRUED

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

(Sigmund Frued, BF. Skinner, Abraham Maslow)

Oleh: Muhammad Alwi SE,MM*

Kata Kepribadian dalam bahasa inggris Personality berasal dari bahasa Latin: persona yang pada mulanya menunjuk kepada topeng yang biasa digunakan oleh pemain sandiwara dizaman romawi pada waktu memainkan peran-perannya. Dari sini lambat laun persona menjadi istilah yang mengacu kepada gambaran social tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakat. Dimana kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran social (peran) yang diterimanya itu.

Atau kepribadian dapat diartikan sebagai cirri yang paling menonjol pada suatu pribadi (individu). Walaupun arti-arti ini enak, mudah diterima; tetapi dalam keluasan aspek arti- berubah-ubah peran, karakter menyesuaikan dengan kondisi, status dan lingkungan yang melingkupinya.

Dalam psikologi kepribadian adalah menurut George Kelly; cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Gordon Allport mengartikan; “sesuatu” yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkuta”. Atau suatu organisasi dinamis dari system psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas”.[1]

Sigmund frued memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga system; Id, Ego, Super Ego. Dan tingkah laku, menurut frued tidak lain merupakan hasil dari konflik-konflik dan rekonsiliasi ketiga system tersebut.

Dalam melihat manusia para pakar dipengaruhi oleh system umum yang ada, khususnya filsafat dan asusmsi-sasumsi yang dipercayainya. Itu semua antara lain;

a) Kebebasan dan ketidak bebasan

Filosof eksistensialis menganggap manusia itu bebas, sehingga psikologi humanisme, eksistensialisme (Maslow, Frankl, Roger dll) percaya kebebasan manusia. Sedangkan dilain pihak Skinner dan frued tidak percaya kebebasan. Manusia itu deterministic.

b) Rasionalitas dan Irasionalitas

Pertanyaan apakah dalam tingkah laku manusia digerakkan oleh kekuatan-kekuatan yang rasional atau irasional. Maslow (rasional), skinner (rasional-Irasional), Frued (Irasional)

c) Holisme dan elementalisme

Holisme mengatakan bahwa suatu fenomena harus dilihat dan hanya bisa dimengerti dalam keseluruhannya (totalitas). Elementalisme menekankan bahwa sesuatu hanya bisa dipelajari dan diterangkan dengan jalan menyelidiki aspek-aspek secara terpisah. Frued dan Maslow (Holisme), Skinner (elementalisme)

d) Konstitusionalisme dan enveronmentalisme

Konstitusionalisme beranggapan bahwa kepribadian, tingkah laku ditentukan oleh unsure-unsur yang sudah ada dalam tubuh manusia. Seperti Hipocrates mengatakan kepribadian atau tingkah laku dipengaruhi oleh keseimbangan 4 cairan (Udara, api, air dan tanah) = darah, sumsum hitam, sumsum kuning dan lendir. Frued dan Maslow (Konstitusional). Sedangkan enviromentalisme percaya kepribadian, tingkah laku dipengaruhi oleh lingkungan yang mempengaruhi, dan belajar. Skinner (Enviromentalisme).

e) Berubah dan tak berubah

Frued percaya bahwa kepribadian manusia itu “tak berubah”. Ditentukan oleh atau dipengaruhi pada masa pendidikan atau perlakuan masa kecil. Sementara Skinner dengan teori belajarnya. Kepribadian manusia itu akan selalu berubah menuju keying lebih tinggi.

f) Subjektivitas dan objektivitas

Apakah manusia itu hidup dalam pengalaman yang personal atau subjektif dan tingkah lakunya ditentukan oleh subjektivitas itu atau tingkah laku ditentukan oleh factor-faktor eksternal dan objektif. Carl Rogers, Frued, Maslow (subjektivitas). Sedangkan Skinner (Objektivitas).

g) Proaktif dan reaktif

Dimanakah sesungguhnya sumber penyebab tingkah laku manusia itu? Apakah manusia mengungkapkan tingkah laku didorong atau ditentukan oleh kekuatan-kekuatan internal atau oleh kekuatan-kekuatan eksternal. Frued walau dalam cabang-cabangnya berbeda dengan Maslow masuk dalam (Proaktif) sedangkan Skinner (reaktif)

h) Homeostatis dan heterostatis

Konsep Homeostatis adalah konsep yang bersumber pada gagasan equilibrium (keseimbangan) fisis leibnisz, menerangkan bahwa tingkah laku manusia terutama dimotivasi atau digerakkan kearah pengurangan ketegangan-ketegangan internal yang terjadi akibat ketidakseimbangan fisis (lapar, haus, kekurangan oksigen dan stimuli indrawi), sehingga (dengan bertingkah laku itu) keseimbangan bisa dicapai kembali dan terpelihara pada taraf yang optimal. Sedangkan konsep heterostatis dilain pihak menerangkan bahwa tingkah laku manusia itu terutama dimotivasi kearah pertumbuhan, pencarian stimulus (stimulus seeking), dan pengungkapan diri (self actualization). Frued percaya Homeostatis dengan teori nalurinya. Dimana dia mengatakan tingkah laku manusia digerakkan dan ditujukan kearah pengurangan teganngan-teganngan yang diakibatkan oleh memuncaknya energi naluri-naluri dari ID. Dollar dan Miller tokoh behaviorism percaya Homeostatis. Skinner tidak percaya dengan Homeostatis dan Heterostatis. Maslow dkk percaya Heterostatis.

i) Dapat diketahui dan tak dapat diketahui.

Sebagian percaya bahwa manusia dapat diketahui total sedangkan yang lain menganggap manusia tidak dapat diketahui banyak apalagi total. William James, Maslow percaya manusia hanya bisa diketahui sedikit, sedangkan Frued, Skinner, Watson percaya manusia bisa diketahui secara lengkap dengan setahap demi setahap.

Teori Kepribadian Sigmund Frued (psikoanalisa)

Kepribadian menurut Frued adalah gabungan tiga system yang berkaitan membentuk suatu totalitas. Frued membuat system yaitu Id, Ego dan Super Ego.

Id (atau das Es) adalah system kepribadian yang paling dasar, system yang didalamnya ada naluri-naluri bawaan. Id adalah system yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh system yang lain (Ego dan Super Ego) dalam operasi-operasi kegiatannya.

Id tidak bisa mentoleransi penumpukan energi yang bisa menyebabkan meningginya taraf tegangan organisme atau individu secara keseluruhan. Bagi individu meningginya tegangan adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu, apabila terjadi penegangan pada organisme (penegangan itu meningkat), misalnya karena stimulasi dari luar (suhu, cahaya dan bunyi yang intensitasnya tinggi) maupun karena stimulasi dari dalam (lapar, haus, kekuranngan oksigen). Maka Id akan mengurangi keteganngan itu untuk mengembalikan pada keadaan normal (semula). Disinilah dikatakan bahwa Id dalam menjalankan fungsinya dilandasi oleh maksud mempertahankan konstansi (the principle of constancy) yang ditujukan untuk menghindari keadaan yang tidak menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan ( the pleasure principle).

Untuk mencapai ini Id melakukan 2 fungsi 1) Tindakan Refleks à yaitu bentuk tingkah laku atau tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera, serta adanya pada individu adalah bawaan. Contoh; menghisap, mengedipkan mata dll. 2) Proses primer à suatu proses yang melibatkan tindakan psikologi yang rumit. Id atao organisme secara umum berusaha mengurangi tegangan dengan cara membentuk bayangan dari objek yang bisa mengurangi tegangan. Misalnya orang lapar membayangkan makanan. Tindakan memuaskan rasa lapar kadang mimpi makan (proses primer). Bagi Id, objek yang dihadirkan tadi lewat bayangan dianggap nyata. Tetapi bagaimanapun orang tak akan kenyang denngan membayangkan saja makanan. Dengan ini organisme butuh system yang lain yaitu Ego.

Ego adalah system kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (the reality principle). Apabila dikaitkan dengan makan dan rasa lapar tadi, maka ego mengarahkan orang yang sedang lapar tadi pada makanan. Dengan petunjuk ego inilah maka orang yang sedang lapar tersebut berfikir bahwa rasa laparnya dapat diatasi dengan jalan makan makanan.

Kata Frued Ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Proses yang dijalankan oleg ego untuk memuaskan rasa rapar tadi dikatakan proses skunder (secondary process). Dengan proses ini, ego melihat rencana pemuasannya itu dapat dilaksanakan atau tidak. Disamping itu ego juga mengarahkan dan mengetes realita. Apakah ini pemuasnya atau bukan, dapat dimakan atau tidak dst. Dalam menjalankan fungsinya ego melibatkan fungsi lain yaitu kognitig dan intelektual. Ego secara umum hanya menuruti apa yang diinginkan oleh Id. Tetapi Ego juga menghambat Id bila pengungkapan naluri-naluri Id itu mengarah kepada pengungkapan yang tidak layak, tidak bisa diterima oleh lingkungan dst. Jadi fungsi paling dasar dari ego adalah pemelihara kelangsungan hidup individu.

Super Ego (istilah Frued: das Ueberich) adalah system kepribadian yang berisikan nilai-nilai aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Menurut Frued Super ego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai aturan-aturan yang diperoleh oleh individu dari sejumlah figure yang berperan, berpengaruh, atau berarti (orang tua, guru). Fungsi utama super ego adalah : 1) sebagai pengendali doronngan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls itu disalurkan dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat. 2) mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengnan kenyataan. 3) mendorong individu pada “kesempurnaan”. Bila ego berkonflik dengan super ego, keluarlah aktivitas ego lewat rasa bersalah, penyesalan dll.

Dinamika Kepribadian

Frued seperti anak zamannya percaya bahwa energi yang digunakan oleh manusia itu hanya berasal dari makanannya. Dan percaya pada hukum kekekalan energi ( conservation of energi) yang berasal dari fisika. Menurut hokum ini energi hanya dapat diubah dari energi satu ke yang lain dan jumlah total energi itu tetap tak bisa ada perubahan dialam ini.[2] Energi psikis ke fisik itu dapat dipertukarkan dan id adalah jembatannya.

Naluri

Naluri atau instink adalah representasi psikologis bawaan dari eksitasi (keadaan tegang dan terangsang) pada tubuh yang diakibatkan oleh munculnya kebutuhan. Bila kita butuh makan misalnya, energi dihimpun untuk menekan dan mendorong individu agar bertindak untuk memenuhinya. Dengan terpenuhinya kebutuhan itu tegangnan, tekanan akan berkurang.

Disini terlihat pada naluri ada empat unsure; a) sumber, upaya, objek dan dorongan. Sumber naluri adalah kebutuhan. Upayanya adalah mengisi kekurangan atau memuaskan kebutuhan, sedangkan objeknya adalah hal-hal yang bisa memuaskan kebutuhan (misalnya makan untuk naluri lapar dll). Adapun unsure dorongan adalah jelas naluri bersifat untuk mendorong atas diri individu bertindak atau bertingkah laku.

Frued mengatakan bahwa naluri adalah quantum dari energi psikis. Id adalah penyedia energi dan kawasan pemukiman dari naluri. Dengnan ini Id semacam dynamo yang mengahasilkan energi psikis bagi perputaran operasi-operasi kepribadian. Energi psikis ini diolah dan dihasilkan oleh id dari energi fisik yang berasal dari proses-proses metabolisme tubuh.[3]

Menurut Frued, sumber dan upaya naluri adalah tetap, tetapi dengan adanya kematangan fisik individu, akan tumbuh kebutuhan-kebutuhan atau naluri-naluri baru. Demikian juga objek pemuas bisa juga berubah-uabah inisemua dikarenakan sifat energi psikis yang bisa dialiharahkan.

Tingkah laku individu dibangkitkan oleh keadaan peka (memuncaknya tegangan), dan ditujukan untuk mengurangi tegangan itu. Artinya cirri naluri adalah regresif, disamping itu juga berciri konservatif (memelihara keseimbangan; homeostatis). Artinya ini akan berulang ulang; tenang-tegang-tenang-seterusnya. Frued mengatakan keharusan untuk mengulang (repetition compulsion)[4]. Frued juga amengatakan disamping stimulus-stimulus internal juga eksternal, hanya internal lebih penting dari eksternal.[5]

Penyaluran dan Penggunaan energi psikis

Pada mulanya id adalah penguasa tunggal energi psikis. Seluruh energi digunakan untuk tindakan reflek dan proses primer dalam upaya memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu membedekan antara yang imajiner dan nyata. Itu terlihat pada contoh bayi (individu yang sepenuhnya dikuasai id). Apabila bayi lapar, maka apa saja dimasukkan mulutnya; jari (reflek menghisap) dan lain-lain. Karena id masih tidak mampu memuaskan kebutuhannya ia butuh ego. Karena ego tidak mempunyai energi psikis, ego mengambilnya dari id. Diversi dari energi psikis id ke ego berjalan melalui mekanisme yang disebut identifikasi. Yaitu proses atau upaya upaya pembelajaran untuk membedakan mana yang betul-betul alat pemuas kebutuhan, mana yang bukan. Dan individu harus mencocokkan objek pasangan antara yang ada dalam pikiran, bayangan, kenyataan dan kebutuhan[6]. Mekanisme identifikasi ini adalah proses sekunder ego.

Selanjutnya dengan identifikasi, ego memperoleh wewenang untuk menggunakan energi, untuk proses lainnya seperti mengamati, mengingat, memperbedakan, memutuskan, mengabstraksi, menggeneralisasi, dan berfikir. Sejumlah energi psikis dari id sendiri bahkan digunakan untuk menghalangi atau mencegah agar id tidak memunculkan naluri-naluri rasional dan destruktif. Kekuatan mencegah disebut antikteksis.

Kateksis (pemusatan energi) ego juga dapat dilakukan dengan menyimpangkan sedikit walau masih berhubungan dengan kebutuhan id. Misalnya rasa lapar, mendorong ego untuk mengunjungi restoran baru, cari resep-resep makanan, beli alat masak dan lain-lain.

Karena ego tak punya energi sendiri, id selalu mensubsidi energi itu, ini dilakukan karena egolah yang dapat memuaskan id secara real. Bila ego tidak mampu memenuhi itu, maka suplai energi akan dikurangi.

Demikian juga suplai id kepada super ego. Ini diawali dengan ketergantungan anak (dominant id) terhadap orang tua (pengasuh, guru dan lain-lain). Dari orang tualah anak mendapatkan kepuasan kebutuhan-kebutuhannya. Disamping itu orang tua adalah agen penanam nilai-nilai, tradisi, ideal-ideak yang berlaku dimasyarakat dan lain-lain. Agar anak mengikuti apa yang ingin ditanamkan oleh orang tua, orang tua menggunakan teknik penguatan (reinforcement), baik penguatan positif (hadiah), bisa negative (hukuman). Penguatan itulah yang membuat anak-anak ingin mengulangi dan tidak ingin mengualangi perbuatannya pada suatu hal. Dengan ini semua maka mulailah terjadi identifikasi terhadap orang tua. Dari sinilah awal terbentuknya super ego (dimana dengan itu juga kebutuhan id akan terpenuhi). Untuk selanjutnya ada proses internalisasi, dan super ego berperan sebagai wakil dari orang tua dan masyarakat, dengan tugas sebagai pengendali dan bahkan penghambat atas pengekspresian dorongan-dorongan primitive id, terutama seks dan agresivitas. Disamping itu juga super ego adalah pengarah ego kepada tujuan-tujuan ideal moral.

Baik id maupun super ego, ingin ego berada dipihaknya. Apabila ego degan antikateksisnya cukup kuat, maka kedua system yang bertolak belakang dan sama-sama ingin tampil dominant, bisa didamaikan sehingga kepribadian akan terintegrasi dengan baik.

Kecemasan

Apabila stimulus stimulus yang membahayakan terus menerus menghantui atau mengancam individu maka akan timbul anxiety (kecemanan). Kecemasan ada Riel (yang menekan adalah nyata; api, binatang, orang jahat, penganiayaan, hukuman dan lain-lain). Neurotik (tidak terkendalinya naluri primitive oleh ego yang nantinya mendapatkan hukuman. Sebab hukuman itu berasal dari luar) dan Moral (seperi neurotic, tetapai hukumanya berasal dari dalam. Rasa bersalah, berdosa dan lain-lain).

Mekanisme Pertahanan Ego

Ego membuat pertahanan agar kecemasan baik karena tuntutan Id atau super ego tidak banyak terjadi atau mungkin dikendalikan.

a) Represi

Mekanisme meredakan kecemasan dengan cara menekan dorongan atau kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut ke dalam alam tak sadar. Untuk mengurung dorongan itu ke bawah, dibutuhkan energi ekstra agar tidak muncul lagi kea lam sadar. Pengurasan energi ini bisa membuat tidak efektifnya ego menuntun tingkah laku individu. Tingkah laku neurotic, penyakit psikosomatik, dan penyimpangan lainnya adalah akibat dari represi itu. dan juga kata frued, dorongan-dorongan yang di repress dapat muncul melalui mimpi, salah ucap dan lain-lain. Frued mengatakan hal seperti itu adalah psycho pathology of everyday life (psikopatologi kehidupan sehari-hari).

b) Sublimasi

Mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitive id yang menjadi penyebab kecemasan kedalam bentuk (tingkah laku) yang bisa diterima dan bahkan dihargai masyarakat. Misal orang yang gagal minat seksualnya, menggiatkan diri kepada olah raga orang yang punya dorongan agresi kuat, menjadi tukang jagal. Orang kurang mampu dicintai, sibuk dengan meneliti dan seterusnya.

c) Proyeksi

Pengalihan dorongan, sikap, tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain. Anak yang malas, gagal ujian, mengatakan gurunya sentiment, orang tuanya tak perhatian padanya dan lain-lain.

d) Displacement

Pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya atau kurang mengancam dibanding objek individu semula. Siswa yang dihukum gurunya, lalu melampiaskan keinginannya dengan merusak prabot sekolah dan lain-lain.

e) Rasionalisasi

Upaya individu menyelewengkan atau memutarbalik kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang mengancam ego, melalui dalih yang seakan masuk akal, sehingga kenyataan itu tak lagi mengancam ego yang bersangkutan.

f) Reaksi formasi

Perepresian dorongan dengan bertingkah laku sebaliknya yang berlebihan. Seorang ibu yang membenci anaknya (karena cemas, takut, ditentang dengan keras oleh super ego dan lain-lain), akhirnya bertingkah laku mencintai anaknya dengan berlebihan[7].

g) Regresi

Menghindari kecemasan dengan mengambil tindakan, kembali kepada taraf perkembangan yang lebih rendah. Misal gadis yang takut ditinggal oleh pacarnya, bertingkah laku kekanak-kanakan. Atau anak kecil yang baru punya adik, karena takut kasih sayang dari orang tuanya hilang, maka ia ngompol lagi, bisa jadi sangat mandiri (mirip reaksi formasi).

Perkembangan Kepribadian

Teori Frued berlandaskan pada 1) Kepribadian dibentuk oleh berbagai jenis pengalaman masa kanak-kanak awal. 2) energi seksual (libido) ada sejak lahir, kemudian berkembang melalui tahapan psikoseksual, yang bersumber pada naluriah organisme.

Ada 4 fase perkembangan kepribadian yang berkaitan dengan daerah oragen (daerah tubuh yang apabila dirangsang menimbulkan kenikmatan tertentu) yaitu;

  1. Fase Oral (Mulut)

Ada pada bayi, daerah mulut dominant, senang menghisap

  1. Fase Anal (dubur)

Tahun ke tiga, senang dengan kotorannya sendiri.

  1. Fase falik (alat kelamin)

Tahun ke 4 dan kelima, senang membuat main kelaminnya sendiri.

  1. Fase genital (daerah reproduksi)

Masa pubertas, individu mulai senang dengan lawan jenis. Pada awal remaja kata frued semua anak adalah homoseksual.



*) Alumni Pasca-Sarjana studi Human Resource Manajemen Universitas Brawijaya Malang. Kepala Sekolah SMP/SMA YAPI Bangil, Dosen STIE-YADIKA Bangil-Pasuruan.

[1] Menarik untuk melihat ini dan dibandingkan dengan hadist Islam; ada segumpal darah dalam diri manusia, apabila itu baik maka baiklah manusia itu apabila itu jelek maka jeleklah manusia itu”. Hadist ini mungkin harus diberi tafsiran, sebab nuansanya adalah statis dan sudah jadi. Padahal manusia itu dapat berubah-ubah dan dinamis, berproses, Be coming. Sekadar perbandingan

[2] Ini sangat menarik dan sangat prinsipil untuk pembenaran ilmiahnya. Kita bisa lihat bagaimana manusia bisa sangat kuat (secara fisik) apabila secara psikis dia dirangsang (disakiti, dibuat senang dll). Kita banyak melihat contoh-contoh itu. Bagaimana seorang dapat lari sangat kencang, dapat melompat tembok yang tinggi karena ketakutan. Bagaimana seorang itu dapat mengangkat beban yang sangat berat karena ada anaknya yang tertindih disitu dll.

[3] Ini menarik untuk diamati dan diteliti lebih lanjut; bagaimana orang kalau lapar sulit berfikir, kalau kenyang nafsu sex naik, kalau tenang dan bahagia relative stabil dll.

[4] Mirip dengan “kembalinya segala sesuatu”, Nietsczhe dalam sabda Zarathustra.

[5] Kalau berbicara dengan kebutuhan (naluri) itu masuk akan, tetapi berhubungan dengan kebutuhan kebutuhan tersier, agak sulit dikatakan bahwa dorongannya rendah factor luar. Kebutuhan jabatan, korupsi dll.

*) Seksual, Libido dalam teori Frued mirip dengan “kehendak untuk berkuasa”nya Nietzsche

[6] Ini mirip dengan konsep “skemata” dari psikologi kognitif J. Piaget.

[7] Ini menarik kita melihat pertentangan antar agama, madzab dan lain-lain. Kadang orang Islam syi’ah ia sanagat benci terhadap Islam sunny (atau sebaliknya..juga berlaku pada Kristen katolik dan Protestan), tetapi bertingkah laku melebihi baiknya kepada orang yang bersangkutan daripada orang-orang sekelompoknya. (ini bisa karena ia ingin madzabnya dianggap baik, tapi dia tahu orang itu irasional, misalnya dan ia tak ingin dapat tanggapan seperti itu. dan seterusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar