Laman

Minggu, 04 April 2010

Birokrasi Kebenaran Tuhan


MAKSIMALISASI AKAL

UPAYA MENELUSURI BIROKRASI “KEBENARAN”

Selama ini, mungkin kita disibukkan oleh beberapa pendapat, aliran pemikiran dan mungkin madzab serta agama; pertanyaannya adalah, mana yang harus kita pilih? Mengapa kita memilih itu? Apa alasannya dst. Mungkin itu semua cukup membingungkan buat kita.

Sehingga akhirnya karena malas atau cuek, mungkin juga karena terlalu sulitnya untuk mencari tau, akhirnya semua itu kita serahkan pada para pakar atau orang tua. Apappun yang kita lakukan ngikut saja pada mereka "Orang tua saya seperti ini", "dosen saya mengatakan seperti ini", ustad saya seperti ini, maka saya yaaa, melaksanakan seperti itu juga Bahkan yang lebih parah lagi adalah kalau ada orang yang menasehati kita, "kamu itu salah, kurang baik dll". Maka jawaban kita terkadang, seperti ini; "kamu itu tau apa, kamu pinter mana dengan guru saya, ustad saya, dosen saya" dst jawabannya.

Memang mungkin itu semua ada benarnya, sebab memang mereka itu lebih tau dari kita, baik secara umur ataupun pengalaman. Tetapi masalahnya adalah, apakah kita boleh hanya seperti itu, tidakkah masyarakat mungkin salah, tidakkah guru, orang tua, ustad dan para pakar mungkin salah?. Lalu apakah kita tidak turut salah apabila kita hanya ngikut saja pendapat mereka. Atau dalam bahasa agamanya (maaf sok pinter), apakah kita tidak berdosa apabila yang kita ikuti itu salah.

Ia kalau hanya ngikut hal-hal yang remeh. Kalau pilihan kita itu menentukan nasib dan kebahagiaan orang banyak, atau berhubungan dengan surga dan neraka, hii ngeri bagaiman jadinya kita. Lalu bagaimana yang harus kita lakukan, bukankah kita sulit untuk mempelajarinya dengan cukup baik. Buku-bukunya banyak yang tidak kita kenal, tebal-tebal dan banyak sekali, rasanya kenyang dan mau muntah sebelum membacanya Apa yang mesti kita lalukan.

Yaa memang gampang-gampang susah jadi manusia (apalagi mengaku-ngaku punya jalur silsilah segala, anaknya kiayi, keturunan B, sarjana, lulusan pesantren, nilai UAN-nya tinggi, apa hubungannya, kuliah di PTN ternama dll), tugas dipunggung ini tambah banyak jadinya. Padahal mungkin bagi para mahasiswa, ngurusi IPK (indeks prestasi komulatif) yang tidak beranjak dari dua-koma-alhamduliliah (2,..) saja cukup sulit, apalagi si-Dia yang terkadang bikin kesel (intermeso…), lalu sekali lagi kita ini harus bagaimana?.

Seorang bijak pernah berkata, "apabila ada kemauan pasti ada jalan, Allah itu maha Rahman, sehingga kita tidak mungkin dibiarkan, dan menuntut hambanya melebihi kemampuannya". Dikatakan pula oleh orang bijak itu, "kita ini tidak harus melakukan sesuatu dengan benar, yang penting itu prosedural, sesuai dengan apa yang sudah digariskan."

Kita memang tau, banyak pendapat, pemikiran, aliran dalam agama, baik Figh (empat bahkan bisa lima malah ada yang mengatakan dua belas madzab figh), teologi (mulai dari Asy'ariyah, mu'tazilah, mathuridiyah, Syi'ah, Khawarij dll), Filsafat (masyai'iyyin/ paripatetik, Tokohnya Ibn Sina dan Isyraqiyyun/Iluminatif, tokohnya Shuhrawardi), Irfan/ tasawwuf, Bayazid al-Bisthami, Junaid al Bhaqdadi dll. Dalam ilmu ekonomi ada Kapitalisme, Marxisme, sosialisme, komunisme, teori pembangunan, teori pertumbuhannya Rostow, Likert, Keynesian, teori dependensia, teori modernisme dll (disini penulis tidak berpretensi menjelaskannya karena diluar pembahasan ini). Mana yang harus kita pilih?.

Terserah kata orang bijak tersebut yang terpenting adalah "cari argumen-argumennya semampu anda, bila tidak mampu cari disekeliling anda yang menurut anda paling handal dalam masalah itu, lalu banding-bandingkan dengan akal anda sendiri mana yang terbaik dan harus diikuti bahkan mungkin dikombinasikan. Setelah itu pilihlah salah satu atau kombinasi-bebarapa, yang menurut anda kombinasi (portofolio) itu memiliki tingkat kebenaran yang tertinggi. Itulah yang harus anda pegang katanya meneruskan. Tetapi pilihan kita tidak harus tetap itu (pilihan pertama) terus menerus, sekali waktu — kalau boleh meminjam teori keuangannya Philippatos dan Sihler dalam Financial Managenent (hal: 283); mengatakan; kita harus revisi kombinasi (portofolio) kita, apabila kita menemukan argumen-argumen atau hal-hal lainnya yang perlu dirubah. Inilah sebenarnya birokrasinya atau cara mencari mana yang benar yang mesti kita ambil atau ikuti.

Tetapi sampai disini mungkin timbul partanyaan; Apa yang menjamin kita sudah benar dengan cara itu. Jawabnya adalah; Memang dengan cara ini kita tidak pasti benar, tetapi inilah birokrasinya, sehingga kita tidak akan disalahkan kalaupun salah olehNYA. Kalau benar kita akan mendapat nilai tinggi karena kita mencari kebenaran itu, tidak hanya popok bawang (ikut-ikutan kata orang jawa), kalau kita salah maka kita akan dimaafkan, sebab kita sudah berusaha. Siapa yang tahu mana yang benar dengan sesungguhnya Wallahu a'lam katanya (Allahlah yang paling tahu mana yang benar) apa kapitalis atau sosialis, Syafi'i atau Hanafi, Sunnah-Syiah, Keynesian atau Rostow, tidak ada yang tahu. Tetapi yang jelas tidak mungkin keduanya benar, sebab keduanya bertentangan, mungkin dua-duanya salah, atau salah satunya yang benar, tidak mungkin dua-duanya benar. Sebab hukum akal mengatakan "tidak mungkin suatu benar dan salah berada dalam satu tempat dan ruang waktu yang sama". Tetapi sekali lagi disini mungkin juga akan timbul pertanyaan lagi, siapa yang tahu seseoarang itu sudah membanding-bandingkan atau belum. Jawabnya, memang tidak ada yang tahu, yang tahu hanya diri kita sendiri (apa kita sudah berusaha atau belum) dan Allah yang Alimun Bashir (maha mendengan dan melihat) itulah yang tahu.

Inilah birokrasi mencari kebenaran, yaitu secara ringkas boleh dikatakan, sekedar untuk mengingat ingat: cari pendapat-pendapat yang ada, banding-bandingkan, gunakan akal anda sebaik mungkin dan pilih salah satu atau kombinasi diantara mereka. Inilah yang mungkin manusia bisa lakukan, semoga kita tidak tersesat. Dan yang mesti diingat, karena prosesnya hanya mampu cuma mendekati Kebenaran, maka jangan menyalahkan dengan seenaknya, apalagi mengkafirkan, mengatakan sesat dengan mudah. Yaa Allah Tunjukilah pada kami yang benar itu benar dan yang salah itu salah.

Wallahu a'lam bi-al Shawab.

Muhammad Alwi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar